MONITOR, Jakarta – Komentar Puan jelas merugikan citranya sendiri, bagaimana pun ucapan ini dapat dipastikan membuat orang Minang tersinggung, makin resisten, makin tak empati terhadap cucu Praklamator itu.
Sekalipun beliau adalah cucu dari tokoh Proklamator Soekarno, tak ada jaminan beliau khatam sejarah Pancasila dan kontribusi pendiri bangsa termasuk orang Minang untuk Indonesia. Hampir separuh dari saham pendirian Negara Republik Indonesia ini, kita berani mengatakan adalah kontribusi nyata orang Minang, itu harus ditegaskan kembali dan Puan harus paham soal ini.
Puan harus tahu, Rosihan Anwar (jurnalis kawakan) berdasarkan pengamatannya, ada benar pernyataan beliau, selama bergaul dengan tokoh-tokoh Minang, sejak zaman pergerakan sampai masa kemerdekaan, hampir keseluruhan para pendiri bangsa berasal dari ranah Minang.
Apa untungnya Puan mengeluarkan pernyataan tendensius semacam ini?, sekali lagi apa untungnya bagi beliau? apalagi beliau adalah pejabat negara sekelas Ketua DPR, peryataan ini sangat-sangat tidak pantas, sama saja mempermalukan dirinya sendiri dan mencoreng marwah DPR.
Apa dampak terhadap Puan?, jelas pernyataan ini akan sangat merugikan dirinya sendiri, katanya Puan mau maju menjadi capres atau cawapres di Pilpres 2024, namun sudah mulai mengeluarkan statement yang blunder, yang bisa digoreng-goreng lawan-lawan politiknya di kemudian hari, jelas tidak menguntungkan sama sekali terhadap citra Puan Maharani.
Justru yang kita khawatirkan kena jebakan Batman, menghambat beliau untuk mendapat dukungan karena terbentur kata-kata beliau sendiri. Jejak digital bisa digoreng lawan politiknya di kemudian hari. Saya tidak habis pikir mengapa Puan sangat berani mengeluarkan statement yang kurang tepat, melenceng dari sejarah, kita tidak menyangka beliau mencurigai ke-Pancasila-isan orang Minang. Semestinya sikap politisi berkelas merangkul bukan memukul, kalau ingin benar-benar ingin mendapatkan simpati dan dukungan.
Banyak spekulasi yang menyebutkan bahwa Puan sangat tendensius, mendiskreditkan masyarakat Minang tak mendukung negara Pancasila, asumsi kita mungkin karena kemarahan PDIP yang tidak sama sekali memperoleh kursi di DPR dari Sumbar.
Barangkali ini adalah bentuk ekspresi keputusasaan PDIP karena gagal meyakinkan pemilih Minang, termasuk Presiden Jokowi tidak cukup berhasil mendapatkan insentif elektoral dari pemilih minang pada Pilpres 2019.
Sulitnya PDIP menaklukkan Sumatera Barat kemudian dengan enteng menyerang Sumbar agar diharapkan mendukung Negara Pancasila. Namun justru langkah ini kontra produktif dengan tujuan politik yang ingin diraih oleh PDIP, kalau mau dapat dukungan, meraih simpati, bukan malah mencari-cari masalah yang malah orang antipati.
Puan nampak kurang baca sejarah, kering dan dangkal pikirannya membaca kontribusi orang Minang mendirikan Republik Indonesia. Yang punya Pancasila itu bukan Soekarno saja, bahkan konsep, ide dan draf naskah Pancasila yang buat adalah founding father yang dalamnya banyak putra Minang, itu fakta.
Beliau mungkin lupa atau pura-pura lupa yang namanya Muhammad Yamin, Sutan Syahrir, Tan Malaka, Agus Salim, Muhammad Hatta dan lain lain, masih banyak lagi. Mereka adalah orang Minang hebat yang menjadi tulang punggung merumuskan naskah Pancasila dan penopang utama berdirinya NKRI. Bahkan yang memproklamirkan Pendirian Republik Indonesia bersama Soekarno adalah putra Minang, Bung Hatta.
Kita pun haqqul yaqin, kalau pun nanti ada partai yang mau mengubah Pancasila, tetap orang Minang yang akan berdiri di garda terdepan dan pasang badan all out dalam membela Pancasila. Mba Puan sayang enggak perlu meragukan jiwa Pancasilais orang Minang. Jangan sampai Puan memercik air didulang, kepercik wajah sendiri. Kita justru curiga ada partai yang mau mengubah Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila, partai mana yang membuat draf dan mengusulkan rancangannya? silakan dijawab sendiri.
Jangan sampai tak rasional dan jernih berpikir hanya karena PDIP Sumbar enggak punya kursi di DPR, lalu enak betul bilang Sumbar enggak mendukung Pancasila, jangan sampai begitu, bersumbu pendek, kaya anak TK, kekanak-kanakan, jangan cengeng jadi politisi.
Model Pancasila macam apa yang mereka pertontonkan?, curiga terus menerus sesama anak bangsa, politik pecah-belah semacam ini adalah karakter yang kurang pas.
Statement Puan dalam momentum jelang pilkada ini jelas merugikan pasangan Mulyadi-Ali Mukhni yang diusung koalisi partai Demokrat dan PDIP sebagai calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumbar. Kerja keras pasangan kandidat selama ini bisa buyar akibat pernyataan blunder ini, pasangan ini akan berpotensi menuai sentimen negatif dan resistensi pemilih orang Minang tinggi. Pasangan ini berpotensi besar ditinggal pemilih yang kecewa hanya gara-gara dukungan partai yang pimpinannya membuat pernyataan ngawur.
Analis Politik Sekaligus Direktur Esksekutif Voxpol Center Research and Consulting
Pangi Syarwi Chaniago