MONITOR, Depok – Akademisi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Bagus Takwin menyebut, faktor psikologi seseorang sangat berperan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan dan cegah stigma Covid-19.
“Terdapat indikasi kuat bahwa faktor psikologis sangat berperan, seperti rendahnya persepsi risiko, bias optimisme, bias kenormalan, sehingga menimbulkan kecenderungan mengabaikan informasi terkait Covid-19,” katanya dalam siaran pers yang diterima MONITOR, Sabtu (29/08/2020).
Karena itu, kata Bagus, kondisi tersebut haruslah diwaspadai oleh pihak terkait agar masyarakat dapat patuh untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dalam kesehariannya.
“Hal ini tentu saja perlu diwaspadai dan direspon secara memadai oleh pemerintah, tenaga kesehatan, dan non-kesehatan, serta pemangku kepentingan lainnya,” tegas Bagus.
Sementara itu, Dicky C Pelupessy yang juga merupakan perumus rekomendasi kebijakan prioritas bagi pemerintah mengatakan, masalah lain yang perlu mendapat perhatian dan penanganan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah adalah stigma terhadap tenaga kesehatan, pasien Covid-19 dan keluarga atau orang dekat mereka.
Peristiwa pengucilan, penolakan, dan pengusiran terhadap mereka, kata Dicky, menunjukkan seriusnya masalah stigma di masyarakat.
Ia menjelaskan, dampak stigma selain peningkatan masalah kesehatan jiwa di antaranya stres, kecemasan, dan bahkan ketakutan dapat pula mengakibatkan situasi belajar sosial yang kontra-produktif seperti penolakan upaya deteksi dini dan perawatan karena khawatir dirinya atau keluarganya akan menjadi sasaran stigma dari lingkungannya.
“Lebih jauh, stigma juga dapat menimbulkan ketegangan sosial di lingkungan tempat tinggal orang-orang yang terkena stigma,” katanya.
Sementara itu, perumus dari Fakultas Kedokteran UI Diashati Mardiasmo mengatakan masyarakat saat ini perlu disadarkan lagi tentang bahaya Covid-19 dengan pendekatan dan cara baru yang lebih intensif dan komprehensif.
Hal itu, kata dia, mengingat adanya kecenderungan pada banyak orang di Indonesia yang beranggapan bahwa pandemi ini sudah mereda.
“Adaptasi kebiasaan baru guna mencegah transmisi virus perlu disosialisasikan, difasilitasi, dan dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan,” pungkasnya.