Jumat, 26 April, 2024

Meski Terlambat, Mardani Sebut Langkah Pencegahan Covid-19 Harus Jadi Fokus Pemerintah

MONITOR, Jakarta – Meski terlambat, pemerintah sebaiknya lebih fokus pada langkah pencegahan penyebaran Covid-19.

Hal itu disampaikan oleh Anggota DPR RI, Mardani Ali Sera, melalui akun Twitter pribadinya @mardanialisera pada Kamis (20/8/2020).

Mardani Ali Sera dalam akun Twitter pribadinya itu menyebutkan bahwa penyelesaian maupun pencegahan pandemi Covid-19 di Indonesia belum menemui titik terang. Bahkan, hingga Rabu (19/8/2020), kasus positif Covid-19 sudah mencapai angka 144.945 kasus.

“Pemerintah perlu sadar bahwa masalah ini semakin menjadi bom waktu jika tidak ditangani secara sungguh-sungguh,” tulisnya.

- Advertisement -

Dalam beberapa kesempatan, Mardani menyampaikan, Presiden Jokowi selalu menyatakan harus hati-hati dalam menghadapi gelombang kedua Covid-19. Namun ironinya, menurut Mardani, puncak gelombang pertama saja belum diketahui jika melihat grafik kasus positif Covid-19 yang selalu meningkat.

“Meski terlambat, langkah mencegah persebaran (Covid-19) mesti menjadi fokus. Terapkan 3T, Test, Tracing, Treatment. Kemudian diiringi dengan peraturan yang memaksa protokol kesehatan agar dipatuhi warga,” ujarnya.

Mardani mengatakan, Covid-19 tidak hanya berbicara mengenai kesehatan individu, tapi juga kesehatan masyarakat dan bangsa. Menurut Mardani, jika kasus positif Covid-19 terus meningkat tapi fasilitas layanan kesehatan tidak bertambah, maka kapasitasnya bisa membludak dan petugas kesehatan bisa kewalahan.

“Tanpa langkah preventif yang masif dan terukur, jelas ini seperti pembiaran,” kata Politikus PKS itu.

Sebagai informasi, Mardani menyebutkan, jumlah dokter di Indonesia berada pada posisi terendah kedua di Asia Tenggara, yakni 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Secara tidak lansung, menurut Mardani, Indonesia hanya punya empat dokter yang melayani 10 ribu penduduk.

“Jauh lebih rendah dari Singapura yang mempunyai dua dokter per 1.000 penduduk,” ungkapnya.

Sampai saat ini, Mardani menilai, banyak langkah pemerintah yang mengundang blunder, di antaranya penerapan new normal yang tidak dikaji secara matang sehingga memunculkan klaster-klaster baru seperti perkantoran hingga kebijakan kunjungan kerja yang bertujuan memicu ekonomi bahkan menambah klaster baru.

“Mau sampai kapan kebijakan (dikeluarkan) tanpa grand design yang jelas dan based on science lintas bidang?,” ujarnya.

Mardani mengatakan, belum lagi masalah resesi. Mardani mengakui, memang benar resesi ini terjadi di semua negara. Tapi, menurut Mardani, yang belum pasti adalah kecepatan pemulihan ekonominya.

Mardani menyampaikan, ekonomi tidak akan pulih total bila Covid-19 masih ada di luar sana. Menurut Mardani, jika ingin mengatasi ekonomi, maka harus dengan mengatasi pandemi terlebih dahulu.

“Kita semua layak khawatir Indonesia bisa masuk jurang resesi lebih dalam pada kuartal III-2020 jika tidak segera berbenah. Menyelamatkan rakyat terlebih dahulu merupakan strategi terbaik jika ingin menyelamatkan ekonomi,” katanya.

Mardani mengungkapkan, jika pemerintah ingin menjadikan pariwisata sebagai andalan dalam memulihkan perekonomian, maka pastika terlebih dahulu penyebaran Covid-19 bisa diatasi. Sebab, masyarakat mau bepergian ke tempat-tempat wisata jika sudah ada kepastian aman dari Covid-19.

“Majalah Forbes (5/6/2020) merilis 100 negara yg dinilai paling aman dari Covid-19. Dalam laporan tersebut, Indonesia duduk di peringkat 97 dari 100 negara, alias tiga terbawah,” ungkapnya.

Terakhir, Mardani menambahkan, data dan riset dari pihak luar sebaiknya jangan buru-buru diragukan. Bila ingin ekonomi pulih, maka dengarkan ahli kesehatan. Evaluasi terlebih dahulu hasil riset dari pihak luar.

“Semoga ke depan kebijakan-kebijakan pemerintah semakin tajam dan peka terhadap kondisi masyarakat,” ujarnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER