MONITOR, Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi meminta pelaku usaha syariah dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) harus bisa beradaptasi era kenormalan baru (new normal). Ada tiga hal yang perlu diperhatikan pelaku usaha syariah dan UMKM dalam mengadaptasi era new normal tersebut.
Pertama, menyesuaikan (adjustment) dalam menjalankan usaha sesuai dengan protokol kesehatan. Kemudian sigap (agile) dalam menangkap peluang di era digital dengan memahami transformasi gaya hidup dan pola pikir konsumen.
“Ketiga, mengakselerasi (accelerate) kapasitas usaha dengan melakukan beragam inovasi,” ujar Rosmaya dalam sambutan pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Kawasan Timur Indonesia (KTI) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) secara virtual, Rabu, 19 Agustus 2020.
Gelaran FESyar Regional KTI ini merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) Virtual 2020 yang dibuka pada awal Agustus 2020 oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin sebagai Wakil Ketua/Ketua Harian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).
Lebih lanjut Rosmaya menyampaikan tren digitalisasi UMKM mengarah pada integrasi platform digital dengan makin dominannya interaksi merchant, platform, dan consumer. Hal tersebut antara lain melalui QR Indonesian Standard (QRIS) yang menjadi ujung tombak dalam mendukung transaksi UMKM yang semakin cepat dan efisien.
Selain itu, Bank Indonesia juga telah menyusun strategi agar UMKM bisa ‘naik kelas’ melalui program onboarding UMKM.
“Onboarding UMKM fokus pada pola pembinaan, pendampingan, capacity building, dan fasilitasi UMKM yang disesuaikan dengan karakteristik dan tahapan usahanya,” tegas dia.
FESyar Regional KTI 2020 yang mengangkat tema Mendorong Ekonomi Syariah sebagai Penggerak Ekonomi Regional Pasca Penerapan New Normal akan berlangsung pada 18-28 Agustus 2020 secara virtual.
FESyar Regional KTI 2020 terdiri dari dua kegiatan utama yaitu sharia fair yang diikuti oleh 55 virtual booth UMKM di wilayah KTI, serta sharia forum yang terdiri dari 20 talkshow dan seminar secara virtual dengan turut menghadirkan tokoh/penggiat ekonomi syariah baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional.
Dengan pelaksanaan Fesyar Regional KTI 2020 diharapkan dapat mempertemukan supplier dan produsen, produsen dan distributor, produsen dan konsumen, maupun inventor pada industri halal nasional.
Selain itu, Fesyar Regional KTI 2020 merupakan wujud implementasi sinergi dan koordinasi Bank Indonesia dengan otoritas lain seperti Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), BPOM RI, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Badan Wakaf Indonesia, serta asosiasi seperti Asbisindo, IAEI dan MES dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan upaya mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional di tengah wabah pandemi covid-19 perlu dilakukan dengan peningkatan pemanfaatan digitalisasi sebagai adaptasi era kebiasaan baru.
Menurutnya, penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah dan ISEF 2020 menjadi momentum untuk mengakselerasi pemberdayaan ekonomi syariah dalam membangun mata rantai ekonomi halal. Di antaranya di sektor pertanian, makanan dan minuman (mamin), fesyen termasuk kosmetika, pariwisata ramah muslim, UMKM syariah, dan kemandirian ekonomi pesantren.
Di sektor keuangan syariah, pemberdayaannya dilakukan dengan memobilisasi perbankan dan pasar keuangan syariah. Hal ini diakselerasi dengan meningkatkan pemanfaatan keuangan sosial syariah, zakat, infak, sedekah, dan wakaf agar lebih produktif bagi kemajuan ekonomi umat.
“Kita perluas riset, edukasi, dan juga literasi masyarakat. Kurikulum ekonomi syariah, kewirausahaan, dan kampanye luas gaya hidup halal sebagai new lifestyle melalui sinergi di dalam Festival Ekonomi Syariah dan ISEF bagi semua agar lebih inklusif, termasuk bagi para milenial,” ucapnya.