MONITOR, Jakarta – Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari sebagai salah satu Unit Pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan kualitas Semen Beku. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui audit.
Pada pertengahan Agustus, BBIB Singosari mengundang Lembaga Sertifikasi Produk Benih dan Bibit Ternak (LS Pro BBT) untuk melakukan Audit Sertifikasi. Audit ini dilakukan untuk melihat kesesuaian penerapan SNI yang ada di BBIB Singosari.
Berdasarkan hasil audit, Tim Auditor dari LS Pro BBT mengapresiasi BBIB Singosari. BBIB Singosari dianggap memiliki komitmen penuh dalam mengimplementasikan dan memperbaiki sistem produksi, usaha pemenuhan persyaratan mutu, kesehatan hewan dan berbagai hal lain terkait tanggung jawab terhadap produk-produk yang diproduksi BBIB Singosari.
“LSPro BBT juga mengapresiasi sistem manajemen produksi yang digunakan BBIB Singosari yaitu SNI ISO 9001:2015,” ungkap Dirjen PKH, Nasrullah.
Dikatakan Nasrullah, proses audit ini sangat penting untuk menjamin bahwa produk semen beku yang diproduksi oleh BBIB Singosari sesuai dengan standar dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap semen beku berkualitas yang berasal dari dalam negeri.
Sebagai informasi, BBIB Singosari sendiri memang sudah memiliki pengalaman panjang dalam memproduksi semen beku. Sejak tahun 1982 sampai Agustus tahun 2020, BBIB telah memproduksi Semen Beku sebanyak 49.316.746 dosis.
Semen Beku BBIB Singosari juga sudah sesuai dengan standar SNI. Semen beku BBIB Singosari sejauh ini sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia bahkan diterima di dunia internasional.
BBIB Singosari telah mengekspor Semen Beku ke sembilan negara di Asia dan Afrika dengan total ekspor sampai saat ini sebanyak 42.750 dosis. Semen Beku BBIB Singosari juga telah diuji di Laboratorium Uji Mutu yang terakreditasi dan menerapkan mutu sesuai dengan SNI.ISO/IEC 17025:2017.
Nasrullah meyakini, BBIB Singosari akan terus berupaya meningkatkan kualitas Semen Beku dengan selalu memperbaiki sistem produksi. Menurutnya hal ini sangat penting untuk menjamin keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani untuk Indonesia.
“Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak di Indonesia,” tutur Nasrullah.