Sabtu, 27 April, 2024

Pebisnis Muda Sampaikan Manisnya Bisnis Pertanian di Era Kekinian

MONITOR, Jakarta – Bisnis pertanian belum banyak dilirik anak muda, sekalipun para anak muda yang memiliki gelar sarjana pertanian. Bidang pertanian dan profesi sebagai petani seakan belum menjadi pekerjaan menarik untuk ditekuni.

Meski demikian, selalu ada anak muda dengan latar pendidikan tinggi sebagai sarjana pertanian yang berani menekuni bisnis di bidang pertanian. Di antaranya adalah Herdinda Arum Pradipta yang akrab disapa Arum. Sarjana teknologi pangan ini mengisahkan pengalamannya dalam bisnis pertanian saat diskusi TIK-Talk (Tani Inspiratif Kekinian Talkshow) yang bertajuk “Tren Bisnis Pertanian di Era Kekinian” yang digelar di House of Tani (HOT) Jumat, 14 Agustus 2020, di Gedung Pusat Informasi Agribisnis, Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.

Arum, pemilik Griya Pangan Arum Ayu yang secara konsisten memproduksi makanan sehat berbahan dasar tepung non terigu dan tanaman pangan lokal. Selain melakukan aktivitas produksi, Arum aktif mendampingi beragam kelompok untuk menggiatkan keanekaragaman sumber pangan lokal sebagai komoditas unggulan.

Arum menekuni usaha olahan pangan lokal terinspirasi dari ibunya, salah seorang pelopor ketahanan pangan. “Kami ingin meneruskan usaha ibu. Tidak hanya toko kue, usaha ini merupakan upaya memberi inovasi pangan olahan asli dari bahan nusantara,” katanya.

- Advertisement -

Singkong misalnya, didapatkan di pasar tradisional seharga Rp 5 ribu-10 ribu. “Jika singkong diolah lagi menjadi tepung mocaf, kita bisa mendapatkan nilai lebih dari hasil penjualan sekaligus dapat meningkatkan derajat singkong,” ucapnya.

“Tantangannya sekarang ini bagaimana pangan lokal bisa dikonsumsi banyak orang dan mengikuti perkembangan zaman” ujar Arum. Bagaimana kita mengemas pangan lokal dengan taste anak muda saat ini. “Bahan lokal saat ini bisa dimanfaatkan jadi produk kekinian, sekaligus memanfaatkan kearifan lokal”, jelas Arum.

Melalui Griya Pangan Arum Ayu, ia juga rutin melakukan sosialisasi, khususnya ke anak-anak, pemuda dan ibu-ibu PKK. Pada setiap kesempatan sosialisasi, ia berharap bisa mengubah persepsi masyarakat, terutama pemuda, tentang pangan lokal. Arum bersama KRKP di Sumba Timur juga mengembangkan beberapa makanan dengan aneka ragam dan rasa dari bahan pangan lokal di NTT. Arum mengubah sorgum dan singkong menjadi berbagai jenis kue yang enak dan memiliki nilai tambah. Di Waingapu, Sumba Timur, sorgum ditanam di halaman rumah penduduk dan tidak perlu beli. “Sorgum ini kami olah menjadi kue” ujar Arum.

Pemanfaatan teknologi secara tepat ditambah bekal ilmu yang ia miliki, membuatnya berhasil membuktikan bahwa profesi tersebut sangat menjanjikan dari segi penghasilan. Arum kini bisa meraup penghasilan hingga Rp 50 juta per bulan. Ia pun menyampaikan bahwa dimasa pandemi ini omzetnya justru naik drastis.
“Di masa pandemi ini, semua orang ingin sehat, gaya hidup sehat menjadi pilihan sehingga penjualan online kami meningkat hampir 50% persen, ujar Arum.

Sementara itu, Aldi Prahasta (Ketua BEM Polbangtan Bogor) yang juga hadir sebagai pembicara menyampaikan bahwa di Kampus Polbangtan, ia dan teman-teman lainnya bukan saja diajarkan mengenai ilmu bertani tetapi juga bagaimana cara mengolah hasil pertanian, di antaranya pangan lokal. “Kebetulan di Polbangtan kami diberi modal, ada yang namanya penumbuhan wirausaha muda pertanian. Kami dimodali oleh kampus untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian” ujar Aldi.

“Di kampus pun kami juga lebih banyak praktek, 70% kegiatan terjun langsung ke lapangan”, ujar Aldi. “Kami juga diajarkan pengemasan produk yang menarik agar diminati masyarakat umum”, tambahnya.

Aldi juga menyampaikan bahwa mereka difasilitasi untuk berinovasi membuat hasil olahan pangan. Ia optimis bahwa nantinya akan semakin banyak anak muda yang akan terjun ke bisnis pertanian juga bisnis olahan pangan.

Berbicara peluang bisnis, komoditas kopi juga tak kalah menjanjikan dan memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Hal tersebut disampaikan oleh Afan Muharam, pemilik Side Coffee Roaster.

Ia mengatakan bahwa bisnis kopi di tengah pandemi seperti sekarang ini tetap menjanjikan. Menurutnya, selama bisnis kita memiliki value tidak perlu takut bersaing dengan yang lain. “Dalam memulai bisnis, pastikan kalian memiliki diferensiasi, kolaborasi, serta networking yang kuat” ujar Afan.

Afan menyampaikan bahwa diferensiasi adalah hal yang sangat penting dalam berbisnis. Bagaimanakah untuk memulai sesuatu yang berbeda? baiknya dilakukan dengan riset. “Dengan riset kita jadi mengetahui positioning kita dimana serta kita tahu segmen yang kita tuju, sehingga kita akan bertahan di bisnis tersebut” tegas Afan.

Selain riset, kolaborasi dan networking juga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan jaringan dan distribusi. “Untuk temen-teman yang mau berbisnis, jaringan pertemanan sangat penting. Terlebih untuk bisnis kopi seperti ini, coba bangun komunitas. Jika komunitas sudah ada, mereka akan mencari dengan sendirinya, atau istilahnya “word of mouth” ujar Afan.
“Ketika kita punya komunitas, bisnis kita akan kuat. Contoh, sedang ramai bersepeda buat kafe ramah sepeda” jelas Afan.

Terakhir, hal yang tak kalah penting adalah terus meningkatkan kemampuan. Sebagai contoh, jika kita bisnis kopi, kemampuan para barista harus terus ditingkatkan.

“Barista harus mengetahui karakteristik jenis-jenis kopi yang ada. Misalnya, ketika me-roasting Kopi Gayo Aceh, tingkat goreng harus lebih atas dari Kopi Jawa”, jelas Afan. “Edukasi barista mengenai kopi maupun cara me-roasting kopi merupakan kemampuan yang harus terus diasah”, tambah Afan.

Afan menyampaikan bahwa pelaku bisnis kopi masih akan bertumbuh, begitu juga konsumennya. “Kalau pelaku bisnisnya, kopi start up itu jauh lebih kreatif. Mereka bisa menyentuh sisi emosional para coffee drinker,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian merupakan sektor yang menjanjikan di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ini ditunjukkan dari data BPS yang melaporkan bahwa kinerja sektor pertanian tumbuh 2,19% pada kuartal II-2020, ketika sebagian besar sektor ekonomi lainnya mengalami kontraksi. Ia menyatakan, pertanian memiliki daya tahan yang kuat dalam setiap krisis.

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri, menyampaikan bahwa subsektor perkebunan merupakan unggulan sumber devisa negara, pada 2018 nilai ekspor kopi menurut Kuntoro mencapai USD 815,9 juta, dengan volume mencapai 279,9 ribu ton.

“Itu dikarenakan Kopi Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan kopi-kopi dari negara produsen kopi lainnya, yakni cita rasa yang tinggi terutama untuk jenis kopi arabika dan telah diklaim sebagai kopi specialty, hal ini menjadi poin plus yang baik bagi citra kopi Indonesia di pasar internasional yang perlu kita jaga dan promosikan yang lebih intensif,” pungkas Kuntoro.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER