MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Salahudin Uno, mengatakan pandemi COVID-19 ini memiliki dampak yang luar biasa dari sisi kesehatan dan ekonomi.
Dari sisi psikologis, sambung dia, 70% orang mengalami dampak trauma psikologis yang berasal dari berbagai permasalahan sosioekonomi seperti di PHK massal, bisnis bangkrut dan kehilangan penghasilan.
“Sekira 20% penduduk Jabodetabek memiliki berbagai macam masalah kesehatan mental, dari yang ringan sampai yang berat. Karenanya sangat penting untuk mengenali ciri-cirinya dan cara mengatasinya,” kata Sandiaga dalam acara talkshow virtual bertajuk “Sehat Mental di Masa Pandemi”, Jumat (17/7).
Menurut dia, setidaknya ada lima cara mudah dalam menjaga kesehatan mental selama pandemi. Salah satunya, adalah mencari kegiatan untuk distraction seperti olah raga.
Sandiaga juga menyebut cara lain seperti reconnecting dengan teman-teman lewat sosial media atau video conferencing untuk mengenang masa-masa bahagia yang pernah kita alami.
“Jangan lupa juga perhatikan diri sendiri dan connect to your feelings dan cari cara mudah untuk menyelaraskan emosi. Dan yang paling penting adalah berbaik hati kepada diri sendiri dan orang lain. Karena ini seperti Corona, ini sifatnya menular. Coba bawa positivity untuk memperbaiki keadaan,” papar mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.
Masih dikatakan mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI) pun berpesan kepada anak-anak muda Indonesia bahwa badai pandemi ini pasti akan berlalu dan meminta mereka untuk tetap optimis dalam menjalani segala cobaan selama pandemi.
“Be calm in the storm and you cannot fight the storm. Kita harus yakin bahwa tuhan tidak akan menguji suatu kaum di luar batas kemampuannya. Be optimistic, kalau kita percaya ini akan berlalu maka kita akan menemukan hari-hari indah setelah ini,” sebut dia.
“Inilah caranya untuk cari makna positif di tengah pandemi ini. Plus jangan lupa olahraga menyeimbangkan kesehatan secara psikis dan fisik,” ujar Sandi.
Dalam kesempatan yang sama, Pakar Kesehatan Mental dan Kepribadian MBTI, Nuniek Tirta berbagi cara menjaga kesehatan mental selama pandemi dari perspektif kepribadian.
Ia berpendapat bahwa self-awareness akan sangat berguna untuk mengetahui kenapa kita bereaksi terhadap suatu masalah. Melalui pandangannya pula, kepribadian yang berbeda juga akan menghadapi masalah yang berbeda.
“Misalnya pada saat crisis pandemi, introvert akan happy-happy aja. Akan tetapi, jika mereka ekstrovert maka mereka akan stress dan cari cara untuk mengkompensasi kenyamanan mereka seperti kontak temen via phone call sana sini,”ucapnya.
Selain dikotomi introvert dan ekstrovert, Nuniek juga sempat membahas lebih bagaimana personality sesorang dalam dimensi dari MBTI terpengaruh oleh pandemi sepeti misalnya bagaimana cara seseorang menangkap informasi (Sensing/Intuition), bagaimana seseorang mengambil keputusan (Intuition/Sensing), dan bagaimana mereka menghadapi dunia mereka sendiri (Judging/Perceiving).
“Dengan mempelajari MBTI, kita bisa lebih self-aware tentang kecenderungan, sumber stress yang kita hadapi dan maka dari itu akan lebih mudah untuk kita untuk mengatasi masalah kesehatan mental,” pungkasnya.