Kamis, 5 Desember, 2024

Bangkitkan Kejayaan Rempah, Kementan Dorong Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Pala

MONITOR, Jakarta – Rempah Indonesia pernah berjaya di masa lampau. Bangsa-bangsa asing berdatangan ke kepulauan Nusantara, berburu hasil perkebunan beraroma dan rasa kuat ini. Rempah asal Indonesia menjadi komoditas berharga sangat tinggi di pasar dunia.

Saat ini pemerintah terus berupaya untuk mengangkat kembali kejayaan rempah, salah satunya pala. Dalam kunjungannya ke kebun sumber benih pala di Provinsi Maluku akhir Mei lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meminta jajarannya melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan keunggulan setiap komoditas perkebunan berupa rempah, yaitu pala.

Menurutnya, pendampingan kepada para petani harus dilakukan dengan menyesuaikan, baik teknologi maupun dengan situasi yang terjadi. “Transformasi teknologi kepada petani sudah keharusan. Sekarang era digital. Pendampingan-pendampingan, bimbingan teknis tentang bagaimana cara budidaya harus menyesuaikan zaman. Apalagi di situasi seperti ini, pembatasan tatap muka. Maka kita harus memperkuat sektor hulu dan mengembangkan sektor hilir sehingga ada nilai tambah,” ucap Mentan.

Budidaya tanaman pala sekarang ini memang dihadapkan pada berbagai tantangan, antara lain adanya penurunan produktivitas disebabkan oleh tanaman tua, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), benih yang kurang baik, dan penerapan budidaya serta pemanenan atau pengolahan hasil yang kurang tepat.

- Advertisement -

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono mengungkapkan pihaknya menaruh perhatian besar pada peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk perkebunan, termasuk komoditas pala.

“Upaya pemerintah yang telah ditempuh untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pala antara lain penyediaan benih pala bersertifikat dan berlabel. Sekalipun di masa pandemik, permintaan konsumen untuk sertifikasi tanaman pala tidak mengalami penurunan,” katanya.

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (1/7) lalu, Kasdi menyebutkan untuk tahun 2021, Kementerian Pertanian menargetkan produksi pala sebesar 42.900 ton. “Target yang ingin kami capai di 2021 ada beberapa yang sudah masuk ke prioritas nasional ada yang prioritas bidang. Prioritas nasional adalah kelapa sawit, kopi, kakao, tebu, cengkeh, lada dan pala,” paparnya.

Berdasarkan data statistik Ditjen Perkebunan tahun 2018, luas areal tanaman pala di Indonesia 202.325 ha dengan produksi 36.242 ton. Total nilai ekspor tahun 2018 tercatat 20.202 ton, menjadi konsumsi nasional untuk keperluan industri dan rumah tangga.

Benih Berkualitas
Upaya peningkatan produksi pala tidak lepas dari peremajaan tanaman dan penggunaan benih berkualitas. Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon, Azwin Amir mengatakan Kementerian Pertanian juga telah membangun nursery modern untuk melayani kebutuhan benih.

“Sampai dengan Juni 2020, untuk provinsi Maluku dan Maluku Utara, layanan sertifikat benih pala sebanyak 282.190 terdiri dari anakan dan kecambah, pemenuhan layanan sertifikat diselenggarakan secara virtual maupun onsite,” jelasnya.

Kapasitas nursery modern yang dibangun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan untuk penyediaan benih Pala di Kota Ternate dan Kota Tidore sebanyak 50.000 batang per tahun, dan masih akan ditambahkan di waktu yang akan datang dengan penyediaan kebun sumber benih dan nursery modern.

“Upaya ini dilaksanakan untuk menyediakan benih dalam rangka rehabilitasi tanaman tua dan tanaman terserang OPT serta perluasan areal dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas tanaman pala,” tambahnya.

Pengendalian OPT
Menurut Azwin, OPT pala yang paling berpengaruh terhadap penurunan produksi adalah penggerek batang. Selain itu, terdapat OPT lain seperti busuk buah basah dan kering, kanker batang, pecah buah muda, dan jamur akar putih. Jika tidak ditangani dengan baik, bisa mengakibatkan kematian tanaman dan berpotensi menyebabkan kehilangan hasil sebesar lebih dari 8 ton per tahun.

Pengendalian OPT ini dilakukan dengan cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yakni secara kultur teknis dengan penggunaan benih bermutu, dan pemangkasan serta pemupukan berimbang. Ada pula cara mekanis, yakni dengan sanitasi dan eradikasi untuk tanaman terserang berat.

Secara biologis, pengendalian OPT dilakukan dengan aplikasi agens pengendalian hayati jamur entomopatogen dan antagonis. Sedangkan pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan aktif yakni Asefat dan Karbofuran. Pengendalian secara kimiawi menjadi pilihan akhir, apabila semua tindakan pengendalian yang lain tidak berhasil .

“Keberhasilan pengendalian OPT pala di lapangan sangat ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia, khususnya petugas lapangan dan petani pemilik kebun. Ini agar kerugian petani lebih diperkecil, sehingga pendapatan dari hasil produksi khususnya tanaman pala bisa lebih meningkat dari tahun ke tahun,” kata Azwin.

Upaya lain yang dikerjakan oleh pemerintah, lanjut Azwin, dengan meningkatkan mutu produk dan nilai jual. Sebagai komoditi ekspor, produk pala telah memiliki pasar internasional. Untuk itu, pada tahun 2020 di Provinsi Maluku telah dilaksanakan sertifikasi produk organik skema ekspor (SNI dan EU) dengan ruang lingkup produk biji, fuli dan daging buah.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER