HANKAM

Secapa AD jadi Cluster Baru Covid-19, Pengamat: Protokol Kesehatan Harus Diperketat

MONITOR, Jakarta – Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa AD) di Bandung Jawa Barat menjadi klaster baru penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19. Sebanyak 1.262 siswa dan pengajar tertular virus tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan yang juga Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro menuturkan bahwa kasus tersebut menjadi warning penting untuk memperketat protokol kesehatan di tengah new normal.

“Ini jelas warning ya. Artinya meski sekarang diberlakukan new normal namun protokol kesehatan harus tetap diperhatikan,” tuturnya.

Menurut Simon–panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro–bahwa jika Secapa AD saja bisa menjadi cluster baru, maka potensi sekolah-sekolah lain juga cukup tinggi.

“Secapa AD yang punya kedisiplinan tinggi bisa jadi cluster baru, gimana dengan sekolah yang lain,” tambah Simon.

Karena itu, Simon berharap sekolah-sekolah di bidang angkatan lainnya (Secapa Sesko dan Sespimti) sebaiknya harus memperketat protokol kesehatannya. Bahkan seharusnya diberlakukan secara daring saja seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya.

Selain itu, menurut Simon, para pimpinan harus melihat bahwa cluster baru Secapa AD harus menjadi pelajaran penting untuk mengantisipasi agar jangan sampai ada muncul cluster-cluster berikutnya. Inti new normal ialah memulai normal baru dengan cara-cara yang baru, bukan dengan cara seperti semula.

“Inti new normal bahwa kita harus mulai cara-cara baru dalam berkehidupan, bukan menjadikan semuanya normal kembali. Artinya, new normal harus menjadi Adaptasi Kebiasaan Baru,” terangnya.

Untuk itu, para pimpinan harus memberikan contoh soal adaptasi kebiasaan baru tersebut. Misalnya dengan menggelar sekolah daring sambil menunggu situasi Covid-19 kondusif.

“Para pimpinan harus memberikan contoh. Termasuk sekolah daring perlu digelar sebagai solusi,” tambahnya.

Kalau pun harus digelar sekolah tatap muka, maka harus ada protokol khusus. Misalnya siswa dengan usia berapa di bawah 45 tahun tatap muka. Sementara yang usia di atas 45 tahun pakai daring saja.

“Faktor usia juga penting sebagai protokol khusus. Kalau sekolah yang usianya 45 ke atas dimana kegiatan fisiknya terbatas atau malah fokusnya klasikal ya sebaiknya daring saja, ” jelas Simon.

Simon menambahkan, selain pelaksanaan protokol kesehatan seperti pemakaian masker, hand sanitizer, dan menjaga jarak, maka perlu ada monitoring ketat, termasuk melakukan rapid test secara berkala.

“Selain pelaksanaan protokol kesehatan seperti pemakaian masker, hand sanitizer, dan menjaga jarak, maka perlu ada monitoring ketat,” tutupnya.

Recent Posts

MAN 2 Kota Malang Raih Empat Medali pada OPSI 2025

MONITOR, Jakarta - Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang kembali menunjukkan performa terbaik pada…

1 jam yang lalu

Peringati Hari Toleransi, Menag Ajak Rawat Nilai yang Hidup Sejak Lama di Indonesia

MONITOR, Jakarta - Hari Toleransi Internasional diperingati setiap 16 November. Menag Nasaruddin Umar mengatakan bahwa…

11 jam yang lalu

UIN Jakarta Kukuhkan Diri sebagai PTKIN Terbaik Asia Versi QS WUR 2026

MONITOR, Jakarta - Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Kembali mencatatkan prestasi gemilang di…

15 jam yang lalu

KAI Wisata melalui Layanan MICE Dukung Peresmian Stasiun Tanah Abang Baru

MONITOR, Jakarta - PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata) kembali menunjukkan perannya sebagai perusahaan penyedia…

15 jam yang lalu

Kebijakan Menag soal Peran Wakaf Produktif Membuahkan Hasil

MONITOR, Jakarta - Kebijakan dan dorongan kuat Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam memperluas peran wakaf…

16 jam yang lalu

UIN Mataram Tegaskan Peran Strategis dalam Penguatan Ekosistem Pesantren dan Riset Manuskrip Nusantara

monitor, Mataram - Serangkaian kegiatan halaqah tingkat nasional yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN)…

19 jam yang lalu