HANKAM

Konflik Laut China Selatan, Indonesia Diminta Kedepankan Diplomasi

MONITOR, Jakarta – Eskalasi konflik di kawasan Laut China Selatan kembali memanas, dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan muncul dan terus meningkat seiring adanya reaksi ‘perang dingin’ antara pasukan militer dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan ini, tidak hanya mencuri perhatian kedua negara saja, melainkan negara-negara Asia Tenggara yang memiliki batas wilayah bersinggungan dengan kawasan perairan tersebut termasuk Indonesia. Ya, Indonesia memiliki banyak peluang untuk menginisiasi perdamaian di kawasan Laut China Selatan yang melibatkan dua negara tersebut.

Juru Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Indonesia bisa melakukan beberapa upaya, diantaranya membangun narasi perdamaian hingga melakukan diplomasi pertahanan antara negara ASEAN.

“Potensi pelibatan negara-negara kawasan sangat tinggi sekali, maka kalau tadi apa yang bisa dilakukan Indonesia pilihannya adalah membangun narasi perdamaian, kemudian melakukan diplomasi pertahanan yang lebih intensif, di sisi lain diplomatik melalui Kementerian Luar Negeri terus membangun hubungan solidaritas dan perdamaian,” ujar Dahnil Anzar dalam diskusi online Forum Monitor bertajuk ‘AS-Tiongkok Memanas di Laut China Selatan, Bagaimana Sikap Indonesia”, Kamis (18/6).

Melihat ketegangan konflik di kawasan perairan itu, Dahnil mengatakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tidak tinggal diam. Selama ini, kata Dahnil, Prabowo rutin melakukan komunikasi intensif dengan sejumlah Menteri Pertahanan lainnya, seperti Menhan Australia, Tiongkok, Amerika dan Malaysia.

“Pak Prabowo melihat situasi saat ini, meskipun kami tidak banyak mempublikasi terkait langkah-langkah kondisi Laut China Selatan, tetapi hampir setiap hari Pak Prabowo rutin melakukan komunikasi dengan Menteri Pertahanan di kawasan. Terakhir kemarin dengan Menteri Pertahan Australia, sebelumnya dengan Menteri Pertahanan Amerika, juga Tiongkok. Nah terakhir kemarin dengan Menteri Pertahanan Malaysia,” terang Dahnil.

Dahnil menyatakan, dalam setiap kunjungan ke berbagai negara, Prabowo selalu berdialog tentang kondisi geopolitik kawasan.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengingatkan agar Indonesia tetap waspada jangan sampai terlena dan dimanfaatkan oleh negara-negara yang bersengketa atas wilayah Laut China Selatan.

Legislator dapil Yogyakarta ini mengatakan Indonesia harus menjalankan prinsip politik bebas aktif dalam situasi ini. Yang lebih penting, kata Sukamta, Indonesia tidak ikut terpancing isu sehingga nantinya terseret ke salah satu blok yang tengah berkonflik.

“Indonesia harus betul-betul berdiri bebas aktif, kita bebas menggalang perdamaian, aktif menggalang perdamaian, tapi kita tidak masuk dalam salah satu aliansi itu. Sangat penting Indonesia untuk menyiapkan diri menyiagakan agar pihak-pihak yang terkait dengan sengketa itu tidak memanfaatkan Indonesia dan teritorialnya,” kata Sukamta mengingatkan.

“Saya berharap Indonesia tetap waspada jangan sampai terpancing, kita harus terus memperkuat pertahanan kita sendiri. Jangan sampai negara kita terseret bagian dari konflik, memihak dalam salah satu blok, baik Amerika maupun China,” tandas Politikus PKS ini.

Sementara itu, Ketua Umum Forum Satu Bangsa Hery Haryanto Azumi mengatakan Indonesia berpotensi menjadi inisiator perdamaian atas konflik Laut China Selatan. Menurutnya, Indonesia sebagai big brother (primus inter pares) di ASEAN, memiliki kesempatan untuk memunculkan diri sebagai inisiator perdamaian karena posisi strategisnya yang tidak menjadi claimant kawasan yang diperselisihkan.

“Indonesia dapat menjadi jembatan komunikasi antara negara-negara pengklaim (claimant states) Laut China Selatan dengan China dengan memunculkan solusi-solusi yang melibatkan semua negara terkait. Indonesia dapat mendesak agar kawasan Laut China Selatan menjadi zona kerja sama ekonomi,” ujar Hery.

“Alih-alih diklaim secara unilateral, Laut China Selatan dapat digunakan sebagai zona confidence measure building, zona untuk menunjukkan trust dan keyakinan antar negara. Indonesia dianjurkan untuk menggunakan diplomasi kebudayaan dan perdagangan untuk membangun kawasan kerjasama yang lebih besar. Regional Comprehensive Economic Partnership (RECP) harus segera diwujudkan agar energi yang ada dapat didayagunakan untuk kebaikan semua negara pasca Pandemi Covid-19 yang melanda dunia ini,” sambungnya.

Lebih lanjut, ia menyerukan agar Indonesia berdiri sesuai dengan amanah konstitusi, yaitu politik bebas-aktif dan turut serta dalam mempromosikan perdamaian dunia demi tata dunia yang maju, adil dan sejahtera secara umum.

Recent Posts

Prabowo Beri Perhatian Penuh Pendidikan Pesantren!

MONITOR, Jakarta - Presiden Prabowo Subiyanto memberi perhatian penuh pembangunan pendidikan di pondok pesantren dan…

1 jam yang lalu

Pandangan Islam; Memilih Pemimpin adalah Kewajiban

MONITOR, Lebak - Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lebak, KH. Asep Saefullah mengajak…

3 jam yang lalu

PT Jasamarga Transjawa Tol Gelar Doa Bersama dan Santunan Anak Yatim

MONITOR, Bekasi - PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) menggelar kegiatan Doa Bersama dan Santunan Anak…

11 jam yang lalu

KKP Pastikan Produk Perikanan Penuhi Standar Mutu Ekspor AS

MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakinkan otoritas Amerika Serikat terkait mutu dan…

13 jam yang lalu

Gubernur Bengkulu di OTT, DPR: KPK Jangan Jadi Alat Politik Jelang Pilkada

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan menyoroti kasus penangkapan Gubernur Bengkulu…

14 jam yang lalu

Puan: Guru Pahlawan Penjaga Nyala Pelita Masa Depan Bangsa

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024…

15 jam yang lalu