Kamis, 25 April, 2024

Ciptakan SDM Unggul, Kemenperin Terus Benahi Pendidikan Vokasi

MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus fokus mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) industri di Indonesia, salah satunya melalui pembenahan pembelajaran pendidikan vokasi. Dengan demikian diharapkan mampu menghasilkan SDM industri berdaya saing tinggi, serta terserap dunia industri.

“Kami terus membuat inovasi dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan vokasi. Misalnya, kurikulum harus customized atau disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mampu menghasilkan SDM industri yang unggul,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Industri (BPSDMI) Kemenperin Eko SA. Cahyanto, Senin (15/6).

Eko mengungkapkan, BPSDMI Kemenperin telah memetakan beberapa hal penting agar fungsi pendidikan vokasi berjalan baik. “Pertama pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin harus adaptif dengan kebutuhan industri, sehingga perlu spesialisasi pada sektor industri tertentu,” ujarnya.

Kemudian, setiap pendidikan vokasi Kemenperin harus berbasis kompetensi. Infrastruktur kompetensi yang kuat meliputi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang disusun praktisi industri, serta dilengkapi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan tempat uji kompetensi (TUK) untuk melakukan sertifikasi kompetensi.

- Advertisement -

Selanjutnya, pendidikan vokasi yang link and match dengan sektor industri. Melalui kerja sama ini, perusahaan industri mendukung sekolah menjalankan sistem pendidikan vokasi dual system yang memprioritaskan praktik kerja, perbandingannya 70:30 dengan pembelajaran di kelas.

Program link and match juga memberikan manfaat bagi industri dengan lahirnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri.

Eko menambahkan, BPSDMI Kemenperin juga berupaya agar pendidikan vokasi industri mampu beradaptasi dalam berbagai keadaan, misalnya dalam era new normal.

Sistem belajar mengajar yang tadinya dilakukan dengan tatap muka disesuaikan menjadi e-learning. Cara itu merupakan adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi selama pandemi Covid-19 belum berakhir.

“Tentunya cara baru yang telah dimulai saat new normal bisa menjadi sebuah pondasi agar terus dikembangkan dan disempurnakan. Dengan demikian, pembelajaran ke depan bisa menggunakan konsep blended learning, yaitu pendidikan yang menggabungkan metode pembelajaran tatap muka di ruang kelas dengan e-learning,” ungkapnya.

Menurut Eko, metode demikian juga mendorong para pengajar untuk meningkatkan kemampuannya, karena menuntut mereka untuk makin memahami, serta terampil dalam pemilihan metode pengajaran dari jarak jauh secara efektif.

“Terpenting dalam pembelajaran di era new normal adalah upaya menyediakan pengalaman belajar yang mendorong peserta didik lebih banyak berbuat, mengamati, berinteraksi, berkomunikasi dan memberikan umpan balik dalam membangun pengetahuan sehingga siswa dapat belajar lebih efektif,” jelasnya.

Saat ini Kemenperin memiliki 12 unit pendidikan tinggi vokasi dan sembilan SMK yang menyelenggarakan pendidikan dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat SMK, Diploma I hingga Diploma IV, dan program magister terapan. Khusus yang terakhir diselenggarakan di Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung, Jawa Barat.

“Kemenperin juga memiliki Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Industri, serta tujuh Balai Diklat Industri (BDI) yang tersebar di seluruh Indonesia yang menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi. Sebanyak 70% pembelajaran yang diberikan merupakan materi praktik dan hanya 30% yang merupakan materi teori,” papar Eko.

Unit pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin, baik berupa politeknik, akademi komunitas, maupun SMK memiliki sejarah panjang. Awalnya dilakukan melalui penyelenggaraan kursus-kursus seperti di Balai Besar Tekstil Bandung yang sudah dimulai sejak tahun 1922.

“Sejarah ini merupakan sebuah refleksi yang penting bagi kami untuk mengembangkan institusi pendidikan vokasi industri di Indonesia,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER