MONITOR, Cilacap – Dunia saat ini menghadapi tantangan luar biasa yaitu pandemi Covid-19. Selain kesehatan, pertanian menjadi kunci bagi kita menghadapi situasi ini serta mengatasi ancaman krisis pangan. Oleh karena itu, penguatan lumbung pangan di masyarakat sangat penting dalam upaya menjaga ketahanan pangan.
Demikian disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungan kerjanya di Cilacap, Jumat (12/6).
“Kita tahu Covid-19 ini tentu saja salah satu solusinya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan jumlah penduduk di atas 267 juta, orang membutuhkan makan, karena itu jaga desa kita dengan lumbung pangan yang lebih baik. Cilacap harus menjadi contoh bagi Indonesia,” kata Mentan SYL.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan lumbung pangan secara mandiri dan berkelanjutan diharapkan dapat berperan secara optimal dalam penyediaan pangan.
“Keberadaan Lumbung Pangan memiliki peran efektif dalam mendekatkan akses pangan anggotanya,” ujarnya.
Ketika panen raya, lanjut Agung, lumbung difungsikan sebagai tempat penyimpanan untuk menjaga stabilitas pasokan dimana pada saat pasokan berlebih cenderung menurunkan harga gabah. Sedangkan pada saat paceklik, petani dapat memanfaatkan stok yang ada di lumbung.
Salah satu Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) yang telah mampu secara mandiri dan berkelanjutan adalah LPM Kemakmuran di Desa Madusari Kec. Wanareja Kab. Cilacap Jawa Tengah yang berawal dari swadaya kelompok.
“Saya mengapresiasi perkembangan LPM ini, karena mereka sudah mampu secara mandiri berkelanjutan. Model seperti ini harus direplikasi dan diaktifkan di tempat lain untuk mengantisipasi kekurangan pangan terlebih disaat pandemi Covid-19 saat ini,” tegasnya.
Seperti diutarakan Ketua LPM Kemakmuran Sartoyo bahwa saat ini aset lumbung sudah mencapai 230 jutaan, 10 persen SHU disisihkan sebagai cadangan dan 5% untuk dana sosial. Di Desa Madusari sendiri terdapat 13 lumbung yang tersebar di 13 RW dengan total stok sekitar 100 ton gabah.
Selain mengelola cadangan pangan, Sartoyo mengungkapkan bahwa kelompoknya melakukan aktivitas simpan pinjam bagi anggota dan pemasaran beras ke rumah makan dan koperasi.
“Saat ini jumlah anggota 344 orang, setiap musim panen kami terima setoran dari petani lalu pada musim paceklik petani meminjam dari lumbung, 50 persen peminjaman untuk membeli pupuk dan kebutuhan anak sekolah” tambahnya.
Dengan ukuran lumbung 8,5 x 5 m yang memiliki kapasitas simpan 30 ton, saat ini lumbung terisi sebanyak 12.5 ton, dengan jumlah gabah yang dipinjam anggota mencapai 55 ton.
Agung menambahkan bahwa untuk memperkuat peran LPM di masyarakat, pihaknya akan menggandeng Kementerian Desa untuk mensinergikan peran BUMDES yang ada di tiap desa dalam pengelolaan cadangan pangan masyarakat.
“Ke depan, LPM yang sekarang ini berbasis kelompok akan dikembangkan menjadi Lumbung Pangan Masyarakat berbasis Desa (LPMDes). LPMDes nantinya tidak hanya dikelola oleh Gapoktan tetapi bisa menjadi salah satu usaha dari BUMDES, manfaatkan BUMDES di tiap desa, saya minta Pak Kadis mendorong pemanfaatan tersebut dan bersinergi dengan stakeholder terkait,” tegas Agung.