MONITOR, Jakarta – Memasuki masa musim tanam II atau biasa disebut musim gadu, petani mulai memanfaatkan lahan persawahan untuk tanam padi. Karena itu, sebagai langkah antisipatif atas peringatan FAO bahwa tahun ini akan ada kekeringan Kementerian Pertanian (Kementan) menggencarkan percepatan tanam padi agar ketersediaan beras terus terjamin bahkan guna mengatasi stunting.
Salah satunya di Kabupaten Pemalang, bersama dengan jajaran instansi Dinas Pertanian Kementan melakukan gerakan pemantauan tanam di Kecamatan Petarukan.
Menurut Kepala BidangTanaman Pangan Dinas Pertanian Pemalang, Prayitno menuturkan capaian luas tanam padi periode Oktober 2018– September 2019 seluas 102.116 ha, sementara target dan perkiraan capaian luas tanam pada periode Oktober 2019 – September 2020 naik seluas 102.126 ha. Untuk itu diperlukan upaya maksimal agar target bisa tercapai.
“Mulai bulan Mei kami sudah lakukan pendekatan ke petani-petani supaya segera tanam kembali, selagi masih ada hujan dan Alhamdulillah meskipun ada pandemic petani disini masih beraktivitas seperti biasa,” sebut Prayitno di kantornya, Pemalang, Kamis (11/6/2020).
Menariknya, di Pemalang juga ada bantuan kegiatan budidaya padi kaya gizi (biofortifikasi). Budidaya padi biofortifikasi ditujukan untuk penyediaan beras yang kaya gizi, terutama untuk mengatasi kondisi stunting.
Padi varietas hasil rakitan Kementan ini tahun 2020 mulai diujicobakan di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang.
Kelompok Tani Berkah, salah satu poktan pelaksana kegiatan Biofortifikasi, telah menanam Inpari IR Nutrizinc seluas 52 ha dalam hamparan 105 ha padi.
“Tanaman telah berumur 2 minggu dan menunjukkan pertumbuhan yang baik , ada juga di Kelompok Tani Tunas Mulia menanam varietas yang sama seluas 63 ha dan hasilnya pun kami pantau bagus,” ujar Prayitno.
Terpisah, Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Ismail Wahab mengatakan terkait target tanam Kementan menargetkan Kabupaten Pemalang harus dapat menanam minimal 32.835 ha pada periode Juni-September 2020. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementan pastikan target tercapai supaya bisa meyakinkan ke masyarakat bahwa kondisi pangan aman dan cukup.
“Makanya kami dari pusat terus mengawal pecepatan tanam ini, kami turun ke lokasi memberikan dukungan bagi daerah-daerah yang mulai melakukan percepatan tanam,” katanya.
Sebagai gambaran hasil pantuan, Ismail menyebutkan untuk padi lahan kering seluas 5.000 ha sampai saat ini telah dilaksanakan kontrak saprodi dan mulai dilaksanakan pertanaman, kemudian untuk Biofortifikasi dari alokasi seluas 2.050 ha telah dilaksanakan penanaman seluas 570 ha.
“Alhamdulillah sudah mulai jalan di beberapa wilayah, tinggal kita kawal prosesnya dan percepat yang belum realisasi,” sebutnya.
Ismail menambahkan sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk fokus dalam penyediaan pangan untuk daerah rawan pangan, kegiatan pengembangan padi biofortifikasi akan dilaksanakan di kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi. Sembilan provinsi tersebut adalah Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, NTB, Gorontalo, Maluku dan Papua.
“Sesuai arahan Dirjen Tanaman Pangan Suwandi bahwa Kementan perlu memperhatikan ketersediaan benih sumber, terlebih hingga saat ini hanya ada satu varietas padi yang tersedia untuk mendukung penurunan angka stunting, yaitu varietas Inpari IR Nutri Zinc,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui bahwa varietas Inpari IR Nutri Zinc ini telah dilepas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melalui Surat Keputusan Nomor: 168/HK.540/C/01/2019. Padi ini cocok di tanam di lahan sawah irigasi pada ketinggian 0-600 dpl.