Rabu, 24 April, 2024

Pasca Pandemi Corona, Gen Z Diimbau Ciptakan Peluang Kerja Baru

MONITOR, Jakarta – Pasca pandemi virus Corona nanti, generasi Z diimbau tidak perlu berharap adanya ketersediaan lapangan pekerjaan. Seruan ini diungkapkan langsung oleh Wakil Ketua MPR RI Lestari Mordijat saat mengisi Webinar Garda Pemuda NasDem dengan tema Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Pasca Covid bagi generasi-Z, Senin (11/5/2020).

Ia mengatakan, anak-anak muda generasi Z lebi baik menggunakan energinya untuk mempersiapkan diri dalam memperkuat daya saing untuk mencari peluang dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

“Kalau ditanya apakah ada lapangan pekerjaan bagi generasi Z, saya jawab tidak ada, karena itu kita harus mempersiapkan diri agar menciptakan diri kita agar bisa memiliki daya saing sesuai dengan karakteristik saat ini dan 10 tahun mendatang agar mencari peluang,” ujar Lestari Moerdijat.

Menurutnya, tidak ada seorangpun tahu tentang apa yang akan terjadi dan apa yang akan terbentuk pasca covid.

- Advertisement -

“Ini bukan sekedar disruption yang banyak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir, ini menyangkut sistem politik, budaya, hubungan antar manusia dan sistem bisnis yang berubah dan terbentuk pola baru. Bahkan kita di Parlemen sedang mencari bentuk baru untuk tetap menjalankan amanah konstitusional tanpa melanggar UU di tengah Covid-19,” terangnya.

Ia pun mengingatkan, setiap manusia memiliki kekuatan resilience yaitu sebuah kemampuan survival untuk beradaptasi dan muncul sebagai individu baru yang bisa mengatasi beragam masalah di hadapannya.

“Di sini kita diuji siapa yang akan survive, siapa yang akan mati, Generasi Z memiliki modal untuk survive, karena secara DNA Generasi Z yang memiliki Digital Native sudah memenuhi prasyarat dalam menghadapi itu semua. Mereka cenderung kreatif, mandiri dan memiliki jiwa entrepreneurship,” paparnya.

Sementara itu CEO Alvara Research Centre Hasanuddin Ali mengungkapkan data surveynya bahwa Gen Z mempunyai minat yang lebih besar untuk berwirausaha ketimbang generasi sebelumnya, pilihan untuk berwirausaha menempati urutan pertama di atas 60 persen. Sedangkan di sektor formal, akan ada sejumlah profesi baru yang terkait dengan digital bakal menggusur profesi lama.

“Salah satu profesi yang akan tergerus adalah lawyer dan dokter seiring dengan outomatisasi di banyak sektor. WEF mengungkapkan profesi yang paling mahal di dunia saat ini adalah data scientist yang terdiri dari tiga gabungan ilmu pengetahuan yaitu statistik matematika, ilmu komputer dan menejemen, profesinya ini menduduki tingkat bayaran yang paling mahal di dunia karena masih sedikit ahli,” katanya.

“Karena itu roadmap ketenaga-kerjaan kita harus mengarah pada platform digital, baik ekosistem maupun manusianya,” sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, Plt. Dirjen Pembinaan Penempatan tenaga Kerja dan Perluasan Tenaga Kerja Aris Wahyudi mengungkapkan dampak Covid-19 menyebabkan sekitar dua juta tenaga kerja harus kehilangan pekerjaan.

“Jika dibandingnya dengan krisis 2008, hanya perusahaan besar yang terdampak, namun dampak Cocid-19 ini meruntuhkan hampir semua level hingga pada level UKM, dan yang paling terdampak adalah industri manufaktur dan pariwisata,” papar Aris Wahyudi.

Namun demikian, ia mengajak agar kita terus optimis menghadapi situasi ini, masih ada sejumlah peluang di tengah pandemi Covid-19, Aris menyebut, upaya yang dilakukan pemeritah melalui Kartu Prakerja sebagai salah satu solusi.

Menurutnya, Kemenaker telah menyusun konsep dengan mengumpulkan Diaspora Indonesia yang saat ini di luar negeri agar membantu korban-korban PHK, termasuk membangun sitem digital dalam Sisnaker yang diharapkan bisa menghimpun dari sisi suplay dan demand ketenaga-kerjaan.

“Mereka yang membutuhkan pekerjaan bisa menghubungi Disnaker di daerah, begitu juga dengan pengusaha yang membutuhkan pekerja, bisa menghubungi Kemenaker,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER