Sabtu, 20 April, 2024

Belajar Dari Fenomena Pandemi Covid-19

Oleh: Dr. H. Muhammad Saleh
(Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Parepare)

Virus Corona yang kini dipolpulerkan dengan Pandemi Covid-19, telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan bangsa. Berawal dari peristiwa menggemparkan di Wuhan China kini telah menyebar ke seluruh dunia dan telah menelan banyak korban.

Semua sendi kehidupan bergerak. Menjadi bahan perbincangan dari berbagai kalangan mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Orang kaya sampai miskin, orang dewasa sampai anak-anak dan dari rakyat hingga konglomerat. Betapa seksinya pandemi Covid-19 ini.

Diketahui China merupakan negara super power, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi cukup tinggi sejak lama. Hadits Rasulullah saw., telah menyebutkan: “Tuntutlah ilmu walau di negeri China”. Namun kekuatan yang dimiliki sangat terbatas walau akhirnya China mampu menghadapi serangan virus yang mematikan ini.

- Advertisement -

Media massa baik online maupun ofline, televisi, radio semuanya membincang virus kecil ini. Para pakar dari segala bidang ilmu melakukan riset dan kajian untuk mengatasi vidus yang menggemparkan. Berbagai komentar, analisis, solusi dari berbagai persfektif juga muncul.

Pelbagai penelitian tengah dlakukan, baik wujudnya, cara penyebarannya, bagaimana orang terjangkit, cara berkembangbiak hingga dampai-dampak lain yang ditimbulkannya. Namun kenapa masih banyak yang berkelimpangan, dan kita belum terbebas dari virus yang mematikan ini?

Tulisan singkat ini akan melihat dari sisi perubahan sosial akibat Covid-19 dan pelajaran apa yang dapat kita ambil.

Perubahan Laku Sosial

Menghadapi covid-19 bukan hal yang sepele, amat rumit dan memerlukan komitmen kebersamaan. Telah terjadi perubahan drastis seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Telah bermunculkan hastag kaitannya dengan memutus mata rantai penyebarannya. Misalnya #dirumahsaja, #Jagajarak, #cucitangan, #jabattanganNO, #stayathome dan sebagainya.

Situasi ini telah mengubah pola hidup, pola pikir, dan pola perilaku manusia. Kebiasaan yang telah menjadi aktivitas keseharian berubah total. Biasanya berjabat tangan dan cipika-cipiki, saat ini harus kita dihindari dulu. Muncul tradisi baru jabat tangan, yang diganti salam kaki, atau tangan kanan ke dada kiri kemudian menunduk sedikit. Cipika-cipiki diganti dengan cium jauh dan masih banyak lagi prilaku manusia yang berubah karena khawatir akan terkontaminasi dengan virus covid-19.

Perkantoran, pasar, mall dan tempat-tempat keramaian menjadi sepi. Bahkan tempat badahpun menjadi sepi karena kebijakan social distancing. Hiruk-pikuk manusia yang seakan tiada henti selama 24 jam setiap hari, berubah menjadi sunyi sepi.

Para perantau untuk sementara di larang pulang ke kampung halaman. Bahkan mungkin sampai saat mudik Idul Fitri, kalau pandemi ini belum musnah. Rasa khawatir dan was-was sering menyelimuti pada setiap diri seseoang sehingga dikhawatirkan akan muncul penyakit psikis.

Informasi yang menyebar setiap hari di televisi, media online bahkan sosial media, semuanya berbicara tentang covid-19. Bermunculan istilah-istilah baru yang kalau ditinjau dari aspek perkembangan peradaban manusia merupakan proses pengembangan ilmu pengetahuan.

Rumah sakit bukan hanya tempat untuk mengobati orang yang terpapar virus, tetapi juga tempat untuk mengkaji, menelaaah virus ini. Konsep 5W + 1 H menjadi rumus untuk keluar dari permasalahan ini. Rumah sakit menjadi media yang kaya akan riset-riset kesehatan.

Dapat dijelaskan bahwa kehidupan sosial kita sedang mengalami perubahan. Dibutuhkan pemahaman yang cukup agar tidak mendatangkan salah paham agar harmoni sosial tidak rsak dan nanti akan kembali normal. Apalagi yang menyangkut laku sosial-keagamaan, harus hati-hati dan saling memahami.

Pembelajaran

Kehadiran corona virus telah membuka pikiran, tindakan, aksi-reaksi dari berbagai kalangan dan berbagai aspek. Disadari atau tidak kehadirannya telah memberi banyak pelajaran. Tentu saja selain dari berbagai riset-riset ilmu pengetahuan, kajian, halaqah dan lain sebagainya.

Kehadiran Pandemi Covid-19, makhluk ciptaan Tuhan ini, bagi saya telah banyak hikmah. Para pendidik menyebutnya dengan pembelajaran atau edukatif. Telah memberi pembelajaran berharga. Siapapun anak bangsa bisa belajar hidup bersih dan sehat, peduli akan keluarga dengan work for home (WFH), tidak sombong akan kemampuan llmu yang dimilikinya.

Pada saat yang sama, kita semua bisa belajar untuk introspeksi diri agar tetap menyandarkan diri pada Sang Pencipta. Ilmu manusia sangat terbatas, maka Tuhanlah Yang Maha segalanya. Tugas manusia adalah belajar dan terus belajar agar apa yang diciptakan Tuhan bermanfaat untuk kemanusiaan.

Fenomena kemunculan Covid-19 juga mengajarkan kita kembali akan “hidup saling”. Saling asah, saling asih, dan saling asuh, menguatkan rasa kepedulian, rasa empati, saling menghormati, saling menyayangi. Inilah ruh kemanusiaan yang harus terus di asah, apalagi di masa sulit ini.

Covid-19 juga mengajarkan kita untuk tidak merasa diri yang paling benar (truth claim). Kita harus saling mengingatkan, karena kita sadar sebagai manusia makhluk yang lemah, membiasakan cara pikir dan bertindak benar, dan terpenting adalah menjaga kebersihan hati dan jiwa (tazqiyah an-nufus).

Covid-19 telah maujud menjadi sosok guru yang telah memberikan pembelajaran yang sangat berarti bagi manusia. Islam telah menganjurkan kepada umatnya untuk mengambil banyak pelajaran dari ayat-ayat Tuhan yang qauliyah (tertulis dalam al-Quran, sunnah dan kaul ulama) juga ayat-ayat yang kauniyah yang tersebar di alam raya ini termasuk fenomena Covid-19.

Upaya pencegahan dan penanggulangan untuk melawan Covid-19 telah dilakukan. Kita tidak boleh berhenti berikhtiar, disertai dengan berdoa dan bertawakkal. Virus corona tidak saja menjadi lawan yang membahayakan umat manusia tetapi juga menjadi kawan dalam konteks menjadi guru kehidupan tempat manusia belajar.

Islam telah memberi suatu penegasan bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, hanya manusia belum menemukan. Penemuan obat itu tidak serta merta datang begitu saja, tetapi melalui proses pengembangan ilmu pengetahuan. Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya” (HR. Bukhari).

Hadits Nabi lainnya menyebutkan: “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah subhanahu wa ta’ala.” (HR. Muslim)

Kita harus membaca dan membaca dan diperkuat dengan kajian dan penelitian. Jika ini kita bisa lakukan tentu akan menjadi sumbangan yang tak terhingga harganya bagi peradaban umat manusia. Tentu bagi sarjana ilmu-ilmu ke-Islaman menjadi kajian penting antara agama dan covid-19. Wallahu a’lam bi al-shawab.(MS)

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER