Jumat, 29 Maret, 2024

Minimalisir Potensi Kecemasan Covid-19

Oleh : Dwi Putri*

Virus Corona semakin merebak di seluruh Indonesia dan menjangkit seluruh pulau di tanah air. Kabar tersebut diyakini setelah ditemukan 2 pasien yang positif terpapar Covid-19 di Papua[1]. Sedangkan pertanggal 23 Maret 2020, menurut info laman Covid19.go.id, Indonesia sudah terdapat 579 positif terpapar Covid-19, sembuh 30 orang dan meninggal 49 orang. Jumlah ini bisa jadi akan terus meningkat seiring pemberlakuan dari pemerintah untuk memeriksa area yang paling banyak penyintas Covid-19.

Peningkatan jumlah yang drastis, membuat kepanikan dan kecemasan tersendiri di mata masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di area DKI Jakarta. Hal ini tidak mengherankan, pasalnya sejak Malaysia, Singapura, Filipina dan negara terdekat Indonesia sudah mulai menerapkan system jaga jarak, ajuran mencuci tangan dan penggunaan hand sanitizer, Indonesia justru mengumumkan bahwa negara ini zero case. Ini memang menjadi kejanggalan, mengingat masyarakat dari negara terdekat sudah banyak yang terpapar Covid-19. Lalu Indonesia? Ada dua kemungkinan, Indonesia benar-benar zero case atau pemerintah memang tidak punya alat tes penguji yang memadai untuk paparan Covid-19.

Sampai  akhirnya, pada tanggal 2 Maret 2020, dua warga Depok positif Covid-19. Pasca kejadian ini, pemerintah melakukan penyusuran terhadap masyarakat yang melakukan kontak fisik dengan dua orang tersebut. Jumlahnya kian melonjak tajam, seolah-olah penyebaran tersebut terjadi begitu saja pasca dua orang pertama yang positif Covid-19. Padahal bisa jadi, Indonesia sebelumnya sudah banyak yang kasus terpapar Corona, hanya saja hal tersebut baru diketahui setelah pemerintah mempunyai alat tes memadai.

- Advertisement -

Jumlah terakhir yang saya sebutkan di atas adalah yang baru diketahui. Di antara 579 case, tentu penyintas tersebut sudah melakukan kontak fisik dengan banyak orang yang tidak diketahui siapa saja dan pemerintah tidak mungkin melakukan penelusuran dengan mudah. Jadi tidak salah, jika kita berasumsi bahwa penyintas yang terpapar covid-19 sudah menyebar di masyarakat luas, terutama di DKI Jakarta. Situasi cemas bisa kita anggap suatu kewajaran. Karena menurut Nevid, dkk individu atau kelompok cenderung akan cemas ketika dalam keadaan khawatir mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Jika kecemasan sudah masuk tahap level tinggi, ini akan sangat mengganggu. Misalnya kecemasan pada kasus penyebaran Covid-19, justru akan membuat blocking dan tidak tahu harus melakukan apa saja. Karena sistem sarafnya hanya terfokus pada hal buruk yang akan menimpa dirinya. Yang mengakibatkan kegelisaha, berkeringat,  mulut dan kerongkongan kering, sulit bernapas, built berbicara, sensai seperti tercekik dan tertahan, pening dan masih banyak akibat lainnya.

Namun kecemasan akan berdampak positif jika individu memanfaatkan situasi tersebut dengan menjaga kesehatan dan kebersihan dalam upaya langkah preventif. Masyarakat harus mampu menantang ego kecemasan karena kecemasan akan berdampak besar bagi sistem neurosis individu dan berdampak pada alam bawah sadar manusia.

#dirumahaja, menjadi trending tagar untuk berbagai info seputar pencegahan paparan Covid-19, saling mengingatkan dan mengajak masyarakat melakukan aktivitas pekerjaan dan menjaga kebersihan di rumah. Barlow dkk mengembangkan terapi pengendalian kepanikan (PCT-Panic Control Therapy) melalui 3 komponen yang bisa diterapkan di rumah.. Di antaranya,

Pertama dengan training relaksasi. Hal ini bisa dikombinasikan dengan unsur siraman rohani keagamaan. Semisal, Islam denga membaca Al Quran, Dzikir dan Sholawatan bersama keluarga di rumah. Teknik juga akan meningkatkan keharmonisan rumah tangga. Kedua dengan kombinasi intervensi behavioral kognitif, relaksasi intensif agar seseorang tidak merasa tegang dan mengajak mereka untuk mengembangkan kemampuan yang mereka punya dengan cara instruksi verbal, modelling atau pembentukan operant. Dan yang ketiga adalah pemaparan tanda-tanda internal yang memicu kepanikan, ini Teknik yang paling sulit. Karena sulit menidentifikasi penyebab kecemasan seseorang yang kemudian dipaparkan untuk mencari solusi bersama.

Corona pasti akan segera berlalu jika kita berpikir positif, optimis dengan cara menjaga kesehatan dan kebersihan. Jaga jarak dan berdiam diri di rumah adalah satu langkah maju kita membantuk pemerintah dalam menanggungulangi penyebaran Covid-19.


[1] Indonesian Development Review

*Penulis adalah Mahasiswa Psikologi Sosial UNUSIA Jakarta

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER