PEMERINTAHAN

Aspeksindo Dorong Pemda Kepulauan dan Pesisir Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing

MONITOR, Balikpapan – Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Aspeksindo dan Deklarasi Asosiasi DPRD Kepulauan dan pesisir seluruh Indonesia sekaligus Workshop Nasional yang akan membahas tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Daerah Kepulauan di Hotel Platinum Balikpapan, Selasa (10/3/2020).

Dewan Pakar Aspeksindo Prof Rokhmin Dahuri yang memaparkan materi mengenai “Strategi Pemerintah Daerah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Penguatan Daya Saing Daerah dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup/Pembangunan Ekologi” mengatakan bahwa untuk memperkuat daya saing daerah kepulauan maka hal yang perlu diperhatikan adalah penyiapan dan penyediaan SDM unggul melalui peningkatan program pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.

“Yang tidak kalah penting adalah penciptaan iklim investasi dan ease of doing business seperti perizinan, perpajakan, ketenagakerjaan, keamanan berusaha, konsistensi kebijakan, kepastian dan keadilan hukum, yang lebih kondusif dan atraktif,” ujar Guru Besar IPB tersebut.

Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan itu juga menyoroti soal pentingnya penyediaan modal investasi dan modal kerja melalui pinjaman atau kredit perbankan dan lembaga non-bank, dengan suku bunga dan persyaratan pinjam yang lebih kompetitif atau minimal sama dengan negara-negara emerging economies lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Turki, dan Chile.

“Hal tersebut untuk merangsang pertumbuhan daerah kepulauan. Pasalnya, Sebagian besar (50%) penduduk di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (PPK), terutama nelayan, masih miskin, karena usaha ekonominya tradisional,” ungkapnya.

Akibat tidak tersedianya modal dan investasi serta bunga bank yang tidak kompetitif tersebut mengakibatkan selama ini sektor kelautan dan perikanan tidak memenuhi skala ekonomi (economy of scale), tidak menerapkan sistem manajemen rantai pasok terpadu (integrated supply chain management system), belum menggunakan teknologi mutakhir (inovasi) pada setiap mata rantai pasok, dan tidak menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

“Di sisi lain, kondisi infrastruktur (seperti pelabuhan, jaringan jalan, listrik, gas, telkom, internet – digital, air bersih, dan bandara) yang berkualitas masih belum memadai. Pun dengan konektivitas dan aksesibilitas yang masih rendah. Sehingga, biaya hidup dan pembangunan lebih mahal,” terangnya.

Recent Posts

HKTI Lumajang, Ajak Petani Bersatu dan Berinovasi Sambut Hari Tani Nasional

MONITOR, Lumajang - Hari Tani Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 September menjadi momen penting…

13 menit yang lalu

DPR Tekankan RUU Ketenagakerjaan Harus Jadi Regulasi yang Adil Bagi Pekerja dan Dunia Usaha

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher menanggapi masukan dari sejumlah…

47 menit yang lalu

Jasamarga Tollroad Maintenance Terima Kunjungan Studi Banding Adaro Indonesia di Pool Heavy Equipment Sentul

MONITOR, Bogor - PT Jasamarga Tollroad Maintenance (JMTM), sebagai anak perusahaan PT Jasa Marga (Persero)…

2 jam yang lalu

Warga Sipil Banyak Alami Kekerasan Oknum Aparat, DPR: Pecat dan Sanksi Pidana Agar Jera

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah meminta aparat penegak hukum seperti TNI-Polri…

4 jam yang lalu

Kemenag Rebranding Konten Kehumasan, Fokus Kebutuhan Masyarakat

MONITOR, Jakarta - Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik (HKP) Setjen Kementerian Agama, Thobib Al-Asyhar,…

5 jam yang lalu

Sikap DPR Soal Masalah MBG Dinilai Upaya Cari Solusi Jawab Keresahan Publik

MONITOR, Jakarta - Langkah DPR RI yang tetap jernih dalam mencari solusi terkait berbagai persoalan…

6 jam yang lalu