MONITOR, Yogyakarta – Untuk mempercepat pencapaian target penyaluran dana bergulir, Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) gencar menerapkan sistem jemput bola.
Hari ini Direktur Pembiayaan Syariah LPDB-KUMKM Fitri Rinaldi, didampingi Ketua Dewan Pengawas LPDB-KUMKM, Alexander Zulkarnain dan Anggota Dewan Pengawas LPDB-KUMKM Nining Tri Hastuti, menyambangi langsung dua koperasi besar di wilayah Yogyakarta yang berpotensi dijadikan mitra LPDB-KUMKM.
Salah satunya adalah Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Baitul Mal Tanwil (KSPPS BMT) Artha Amanah, yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua BMT Artha Amanah Bambang Edi Asmoro mengaku ingin mengajukan proposal pembiayaan dana bergulir.
“Rencananya kami mau pinjam Rp 5 miliar. Kami memang butuh tambahan dana karena sebentar lagi Lebaran. Kebutuhan pembiayaan biasanya meningkat,” Ungkap Bambang.
Sebenarnya, kata Bambang, 100 persen dana koperasinya berasal dari anggota (individual investor), dimana anggotanya saat ini berjumlah 12.000 orang. Namun, berhubung pihaknya tengah membangun kantor pusat, maka mereka membutuhkan dana untuk memback-up pembiayaan di musim Lebaran nanti.
Keinginan Bambang ini disambut baik Direktur Pembiayaan Syariah LPDB-KUMKM Fitri Rinaldi. Koperasi yang memiliki aset mencapai Rp 63 miliar per Desember 2019, dengan outstanding kredit Rp40 miliar tersebut menurutnya memang layak mendapat pembiayaan.
“Kami besok ini kebetulan mengadakan couching atau bimbingan teknis, agar pelaku Koperasi mendapatkan informasi bagaimana membuat proposal pengajuan pembiayaan menjadi lebih baik,” tutur Fitri Rinaldi.
Usai berbincang, LPDB-KUMKM diajak langsung menemui salah satu anggota koperasi BMT Artha Amanah yang sukses. Dia adalah Suyati (60). Ibu empat anak ini tadinya hanya berjualan minyak tanah dan bensin di depan rumahnya.
Lalu di 1997 dia meminjam dana sekitar Rp70 ribu ke BMT Artha Amanah. Sejalan waktu, usahanya terus berkembang hingga ia memiliki usaha bengkel dan aksesoris motor, gas rumah tangga, warung kelontong dan rias pengantin. Terakhir, Suyati tercatat mengajukan pinjaman Rp200 juta.
Ditanya omzet usahanya, dia hanya menyebutkan pendapatan kotornya dari warung berukuran 8×10 meter itu.
“Kalau Sabtu dan Minggu, seharinya saya bisa dapat Rp10 juta. Kalau usaha lainnya, nggak tentu berapanya,” Ujar Suyati sambil tersipu.
Anggota koperasi BMT Artha Amanah lainnya yang dikunjungi adalah pemilik usaha Wingko Hayu. Pemilik usaha ini adalah sepasang suami istri, Agus Haruri (50) dan Rini Hidayah (50). Semula mereka memang hanya usaha bolu dan wingko. Namun sekarang, mereka sukses mengembangkan usaha catering.
“Kami punya langganan di sekolah tinggi yang semua mahasiswanya makan tiga kali sehari dari catering Hayu. Sebulan rata-rata omzetnya Rp300 juta,” Ujar Rini.
Puas berbincang dengan anggota BMT Artha Amanah, LPDB-KUMKM lanjut mengunjungi KSPPS BMT Agawe Makmur Merapi di Sleman. Koperasi yang beraset Rp46 miliar dan beranggotakan 10.512 orang itu, melayani pembiayaan di sektor perdagangan, pertanian, perikanan, dan home industry.
Ketua BMT Agawe Makmur Merapi, Priya Budi Sentosa, tampak sumringah menyambut kedatangan petinggi LPDB-KUMKM.
“Kami memang ingin pinjam dana bergulir Rp5 miliar untuk mengembangkan bisnis di kantor cabang,” tutup Priya.
Sebagai informasi, tahun ini LPDB-KUMKM menargetkan penyaluran dana bergulir Rp 1,85 triliun, atau naik 8,8% dari tahun lalu.