MONITOR, Jakarta – Sekertaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Gelora Indonesia, Mahfuz Sidik memprediksi bahwa prospek peta politik lima tahun ke depan cenderung mengalami perubahan signifikan, terutama jelang proses pemilihan presiden (Pilpres) pada 2024 mendatang.
Hal itu bila disandingkan dengan peta perpolitikan yang terjadi pada pelaksanaan Pilpres terdahulu, baik 2014 atau 2019 yang kental dengan suasana pembelahan politik di masyarakat.
“Memang menarik ya (hasil survei,red), di Pilpres 2014-2019 itu kan suasana pembelahan politik dan politik identitas kan sangat menguat. Tetapi, di survei Indo Barometer di awal 2020 ini, itu kan justru menunjukan adanya perubahan signifikan,” kata Mahfuz menanggapi hasil survei lembaga survei Indo Barometer bertajuk ‘Mencari Pemimpin Road to Capres dan Parpol 2024’, di Hotel Atlet Century, Jakarta, Minggu (23/2).
Tidak hanya itu, Mahfuz juga berpandangan, perubahan atau pergeseran signifikan tersebut, terjadi pada perilaku politik pemilih.
Karenanya, imbuh mantan ketua Komisi I DPR RI ini, perubahan juga terlihat pada tingkat elektabilitas partai politik, dimana partai berbasis keagamaan mengalami tren penurunan.
“Kemudian, terkait dengan survei elektabilitas partai, ternyata yang memilih berdasarkan alasan agama, khususnya Islam, hanya 4,7 persen saja,” ujarnya.
“Dan alasan memilih partai serta memilih presiden itu lebih banyak alasan-alasan yang sifatnya rasional. Seperti, kinerja, bisa memberikan manfaat, kepribadian dan lain sebagainya,” papar dia.
Pergeseran tren politik pemilih ke arah yang positif ini, diungkapkan Mahfuz, juga sejalan dengan ide ataupun gagasan dari Partai Gelora Indonesia ke depan.
“Bahwa kita ingin melakukan moderasi politik, sehingga Indonesia tidak terjebak ke dalam politik identitas yang terlalu kuat, yang akhirnya akan memunculkan pembelahan berkelanjutan,” ungkap dia.
Kendati demikian, Mahfuz menegaskan bahwa Gelora Indonesia tetap menjadikan Islam sebagai basis nilai dan basis politik partainya.
“Gelora berasas Pancasila. Adapun ide politiknya adalah meramu Islam, Nasionalisme, Demokrasi dan Kesejahteraan sebagai modal utama memajukan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” pungkasnya.
Untuk diketahui, dari hasil survei Indo Barometer kepada responden, apa alasan memilih presiden RI? Bahwa lima alasan tertinggi publik memilih calon presiden adalah: kerja nyata (22.7%), dekat dengan rakyat (15.3%), tegas (13.7%), kinerjanya bagus (10.3%), dan pintar/intelektual (5.1%), dan inilah fitur-fitur utama yang harus dimiliki capres 2024. Dengan asumsi selera rakyat Indonesia tidak berubah sampai dengan 2024 untuk capres yang akan datang.
Sedangkan, lima alasan utama publik memilih partai politik adalah : kerja partai bermanfaat untuk masyarakat (20.6%), suka dengan tokoh atau kader partainya (20.4%), partai pilihan sejak dulu (17.8%), dekat dengan rakyat (7.3%), sesuai hati nurani (6.8%).