MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian terus memfasilitasi penyediaan tenaga kerja industri yang kompeten dan aktif menumbuhkan wirausaha baru. Upaya ini direalisasikan melalui peran unit-unit pendidikan yang dimiliki di berbagai daerah, seperti Politeknik ATI Makassar dan Balai Diklat Industri (BDI) Makassar.
“Di Politeknik ATI Makassar punya program studi yang fokusnya mengenai teknik manufaktur dan robotik. Ini salah satu politeknik terbaik di Indonesia,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto ketika melakukan kunjungan kerja di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (6/2).
Eko menjelaskan, setiap fasilitas produksi di pabrikan berupa mesin dan peralatan, perlu perawatan dan perbaikan. Tentunya dalam proses tersebut, dibutuhkan operator atau teknisi terampil, terutama yang bisa memahami perkembangan teknologi saat ini di era industri 4.0.
“Sebab, penyediaan tenaga ahli itu masih sangat terbatas. Makanya, Politeknik ATI Makassar harus mengembangkan sayapnya hingga ke Pulau Jawa dan Sumatera, untuk membangun kelas-kelas D1 operator perawatan mesin dan peralatan,” paparnya.
Langkah strategis itu dijalankan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan industri, seperti PT Petrokimia Gresik dan PT Semen Baturaja. Selain itu, guna lebih meningkatkan kompetensi Politeknik ATI Makassar, Kemenperin cukup banyak mendatangkan peralatan praktik terbaru sejak tahun 2019.
“Terutama peralatan-peralatan yang terkait dengan proses penggunaan robotik. Apalagi, Politeknik ATI Makassar akan masuk program satelit dari PIDI 4.0 yang ada di Jakarta. Jadi, untuk digital manufaktur dan robotiknya akan dibuat showcase¬-nya di ATI Makassar, sehingga bisa menjadi capability center dan juga dapat mempelajari tentang konsep industri 4.0 di dalam proses manufaktur,” tutur Eko.
Kepala BPSDMI optimistis, berbagai upaya tersebut memudahkan transformasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten ke arah digitalisasi.
“Selain mendapat bekal kemampuan teknik manufaktur yang dasar, seperti mengelas, para mahasiswa juga belajar desain dan merakit mesin dan peralatan melalui aplikasi digital,” imbuhnya.
Bahkan menariknya, para lulusan Politeknik ATI Makassar tidak hanya mendapat ijazah saja, tetapi juga sertifikasi kompetensi. Setiap tahun, politeknik tersebut mampu meluluskan sebanyak 450 lulusan dari tingkat D3 dan D1. Mereka semua langsung terserap kerja karena adanya kerja sama dengan sejumlah perusahaan industri.
Sementara itu, dalam upaya menumbuhkan wirausaha industri baru, BDI Makassar memiliki kompetensi untuk memberikan pelatihan mengenai pengolahan hasil laut dan perikanan serta pengolahan hasil perkebunan.
“Contohnya untuk pengolahan ikan dan kakao, kami punya fasilitas yang lengkap, mulai dari proses produksi hingga membuat kemasan,” ungkapnya.
Eko berharap, para peserta diklat tersebut dapat menjadi wirausaha baru di wilayahnya masing-masing, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Melalui pelatihan yang kami berikan, bisa semakin meningkatkan daya saing usaha mereka. Misalnya, ada salah satu peserta dari Balikpapan, yang ingin membuat desain kemasan produknya lebih menarik sehingga punya nilai jual yang tinggi,” ujarnya.
Eko menyampaikan, para peserta diklat terbuka untuk umum.
“Semua orang Indonesia yang berusia 18-35 tahun punya hak untuk belajar di sini, dengan dua syarat, yaitu berkelakuan baik dan mau berusaha. Hasilnya, peserta diklat terdiri dari beragam kalangan, mulai dari mahasiswa yang memulai kegiatan usahanya hingga dari perusahaan. Selain itu ada pelatihan hasil kerja sama dengan pemerintah daerah,” jelasnya.
Menurut Eko, di BDI Makassar juga disiapkan kegiatan inkubator bisnis. Saat ini, balai diklat tersebut sedang mencari mitra-mitra yang bisa memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
“Kami ingin menjadi rumah bersama bagi IKM. Kami akan seleksi calon tenant-nya itu,” terangnya.
Di samping itu, BDI Makassar melakukan kerja sama dengan Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Makassar.
“Ini salah satu cara kami untuk mengatasi permasalahan sosial. Kami juga melatih mereka yang sedang direhabilitasi agar nantinya bisa bermanfaat di lingkungan masyarakat. Selanjutnya kami pun berkolaborasi dengan unit-unit kerja Kemenperin lainnya, sebagai suatu ekosistem pengembangan SDM industri dan penumbuhan wirausaha yang berdaya saing,” tandasnya.