MONITOR, Jakarta – Anggota Komisi XI DPR RI Marwan Cik Asan menilai wabah virus Corona berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi China secara drastis. Kondisi ini, ditambahkan dia, tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global secara sistemik.
Marwan Cik pun memprediksi, kondisi ini akan berdampak pada neraca perdagangan domestik Indonesia.
Ia menjelaskan, penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui dua transmisi. Pertama, ekspor Indonesia ke China akan mengalami penurunan. Kedua, nilai investasi China ke Indonesia juga akan berkurang.
“Dari sisi melemahnya ekspor, Indonesia akan mengalami defisit neraca perdagangan yang lebih dalam,” kata Marwan Cik di Ruang Kerja, di Komplek Parlemen, Senayan (4/2).
Marwan Cik yang juga Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR ini menuturkan, secara detail angka statistik nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 22,7 miliar di tahun 2019.
Sementara itu dari sisi investasi, realisasi investasi China menempati urutan kedua terbesar setelah singapura dengan nilai investasi US$ 4,7 miliar atau setara Rp65,8 triliun dengan kurs Rp14.000.
Dengan besaran seperti itu, imbuh politikus Demokrat ini, tentu saja pelambatan ekonomi di China akan berdampak pada ekonomi Indonesia, khususnya pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2020 dengan besaran 5,3 persen.
Dalam kesempatan ini, Marwan Cik menyampaikan bahwa berdasarkan laporan Bank Dunia, besaran pertumbuhan PDB Indonesia akan terpangkas 0,3 persen, jika pertumbuhan ekonomi China turun sebesar 1 persen.
“Itu artinya jika dalam perkembangannya perekonomian China turun dari 6 persen maka diperkirakan perekonomian Indonesia bisa lebih rendah dari 5 persen pada tahun ini,” paparnya.
Oleh karena itu, melihat realitas tersebut dan mencermati pertumbuhan ekonomi tahun 2019 yang lagi-lagi tidak mencapai target, Marwan Cik mendesak agar pemerintah dapat menyiapkan exit strategy.
“Hal itu untuk mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi China akibat Wabah Corona terhadap perekonomian Indonesia,” pungkasnya.