Rabu, 24 April, 2024

Dompet Dhuafa Ajak Millenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting

MONITOR, Jakarta – Generasi milenial atau mereka yang lahir antara tahun 1981-1996 (pada dasarnya mereka yang berusia 20-an dan 30-an) mungkin memiliki obsesi yang berkembang terhadap kesehatan, tidak dapat disangkal bahwa layar dan gadget telah menjadi pilihan utama dan junk food sudah menjadi pilihan yang sulit ditolak.

Indonesia mengalami Triple burden masalah gizi, yaitu Adanya defisiensi kalori dan protein, dimana angka prevalensi anak dengan underweight sebesar 17,7 %, wasting 10,2 % dan stunting 30,8 %, defisiensi zat gizi mikro, dimana data anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 % dan kelebihan kalori, dimana angka gizi lebih balita sebesar 8 %, gizi lebih penduduk usia > 18 tahun sebesar 28,9 %.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya, mengalami hambatan perkembangan kognitif dan motorik serta akan mengalami gangguan metabolik (beresiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung) pada saat dewasa.

“Kondisi stunting tersebut perlu disadari oleh kalangan millenial terutama terkait dengan upaya yang bisa dilakukan sejak remaja, persiapan pranikah sampai dengan menikah dan optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari masa kehamilan sampai lahir dan anak berusia 2 tahun menjadi kunci penting dalam membangun kesadaran hidup sehat serta dapat mencegah dan melahirkan generasi bebas stunting,” ujar dr. Yeni Purnamasari, MKM, General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa, Jumat (24/).

- Advertisement -

“Pola konsumsi yang beragam untuk, makin beraneka ragam yang kita konsumsi maka beragam juga mineral maupun nutrisi yang diterima tubuh karena untuk saling memenuhi, hal tersebut harus diterapkan agar kecupan gizi hingga nutrisi terpenuhi,” ujar Hendra Sudrajat S.Gz yang merupakan Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.

Nasih Sutisna sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia cabang Kota Tangerang mengatakan, dampak kurang gizi pada awal kehidupan terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yakni gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik hingga gangguan metabolisme pada usia dewasa.

Stunting masalah kurang gizi kronis disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Seminar Millenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting oleh Hendra Sudrajat, S.Gz, RD (Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto); Ns. Sifing Lestari, S.Kep (Direktur LKC DD Banten) Hj. Nasih Sutisna, S.SiT, M.Kes (Ketua Ikatan Bidan Indonesia Cabang Kota Tangerang Selatan), dr. Novitria Dwinanda, Sp.A (Harapan Kita National Women and Children Hospital Jakarta Nutrion and Metabolic Disease Division Pediatrician) serta dr. Yeni Purnamasari, MKM (General Manager Divisi Kesahatan Dompet Dhuafa) serta puluhan kader muda se Kota Tangerang Selatan.

Iin Sofiawati, SKM, MA Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan mengatakan, hasil ePPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dari 4.359 data yang masuk terkait data stunting kota Tangerang Selatan pada tahun 2018 terdapat 0.98% sementara tahun 2019 mengalami penurunan dengan 0.60%. Dan yang terpenting dalam keberhasilan pencegahan stunting adalah pola asuh.

Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

“Generasi Millenial harus diselamatkan dari faktor stunting, maka itu Dompet Dhuafa berperan meningkatkan pengetahuan, mengajak seluruh masyarakat untuk peduli dan aktif dalam mengkampanyekan tentang upaya pencegahan stunting dengan sasaran perawat, bidan, dokter, pakar gizi, komunitas sadar gizi, kaum milenial dan masyarakat luas serta semua stakeholder terkait untuk mengoptimalkan peran masing-masing,” tutup Yeni Purnamasari.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER