MONITOR, Serang – Pascarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten menyelenggarakan workshop penyusunan pedoman akademik dan kurikulum untuk program doktoral.
Kegiatan tersebut telah berlangsung selama tiga hari, yaitu pada tanggal 16 – 18 Januari 2020 di Hotel Le Dian Kota Serang Banten. Kegiatan ini dihadiri oleh para guru besar, para Wakil Rektor, Direktur dan Wakil Direktur, serta Sekretaris Prodi S3 Pendikan Agama Islam dan Manajemen Pendidikan Islam Pascarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Selain itu, para Kaprodi dan Sekprodi program Magister juga mengikuti kegiatan workshop tersebut. Para guru besar yang hadir adalah Prof. Syibli Syarjaya, LML., MM., Prof. Dr. Utang Ranuwijaya, MA., Prof. Dr. Ilzamudin, MA., Prof. E. Syarifuddin, M.Pd., Prof Dr. H.B. Syafuri, M.Hum., dan Dr. H. Wawan Wahyudin, M.Pd.
Sedangkan untuk pembicara dari luar kampus UIN Banten, Kasubdit Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Dr. Ahmad Syafii secara khusus diundang untuk menjadi pembicara dalam workshop tersebut.
Salah satu isu penting yang dibahas dalam workshop adalah terkait dengan kurikulum yang memiliki distingsi, yang mana program doktoral UIN Banten harus memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan PTKIN lain di Indonesia.
Dr. Ahmad Syafii menjelaskan bahwa pada saat ini perlu diperhatikan mengenai distingsi dalam penyelenggaraan program Pascasarjana, terutama untuk program doktoral. Ketika penyelenggaraan program doktoral tidak memiliki distingsi yang membedakan dengan kampus lain, penyelenggaraan perkuliahan terasa biasa-biasa saja, apalagi untuk kampus yang berada di bawah tingkat beberapa kampus yang sudah terkenal seperti UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta.
“Untuk itu, strategi yang harus ditempuh adalah membuat terobosan baru yang berbeda dengan kampus yang sudah memiliki ketenaran tersebut. Distingsi ini, selain menjadi hal baru, juga akan menjadi perhatian khusus dari pemerintah, terutama Ditjen Pendis dalam berbagai program untuk penyelenggaraan beasiswa,” paparnya.
“Artinya, kampus yang memiliki distingsi meskipun secara nomenklatur prodi sama, namun secara pengembangan kurikulum memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan kampus lain. Keunikan inilah yang akan diprioritaskan oleh pemerintah, ketika pemerintah membuka program beasiswa untuk program magister dan doktoral. Kampus yang bersangkutan akan dipilih menjadi penyelenggara pengelolaan program beasiswa tersebut,” sambungnya.
“Dalam rangka merespon kondisi terkait distingsi pada penyelenggaraan program Pascasarjana, sebenarnya hal ini sudah digagas pada saat awal pendirian program doktoral di UIN Banten,” tambahnya.
Wakil Direktur Pascasarjana, Dr. Naf’an Tarihoran,M. Hum menjelaskan bahwa sejak awal digagas, Pascasarjana UIN Banten memang sudah mengarah pada upaya mengembangkan program studi doktoral yang memiliki karakteristik berbeda dengan kampus lain.
Sementara itru, Sekretaris Prodi doktoral (S3) Manajemen Pendidikan Islam Dr. Ali Muhtarom mengatakan bahwa perbedaan yang dimiliki oleh program doktoral UIN SMH Banten ini, meskipun prodi yang saat ini dibuka adalah Pendidikan Agama Islam dan Manajemen Pendidikan Islam, namun muatan kurikulum yang dikembangkan di sini memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang dikembangkan oleh PTKIN lain.
Selanjutnya, Sekprodi MPI program S3 ini menambahkan, bahwa perbedaan tersebut bisa dilihat dari muatan kurikulumnya yang berorientasi pada penguatan kependidikan dan keislaman dalam perspektif global dan berwawasan keindonesiaan.
Beberapa mata kuliah yang menjadi karakteristik berbeda tersebut seperti penguatan kependidikan Islam yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah Intelektual Islam dan kiprah keilmuan sosok Syekh Nawawi al-Bantani, seorang ulama Banten yang kharismatik yang keilmuan dan keintelektualannya diakui oleh dunia, terutama Islam.
Selain itu, kajian keislaman yang dikembangkan di program doktoral ini memiliki karakteristik berbeda dalam hal penguatan kajian keislaman transdisipliner. Menurut Dr. Ade Fakih Kurniawan yang juga merupakan Sekretaris Prodi PAI program doktoral, bahwa kajian keislaman transdisipliner menjadi pilihan penting karena memadukan berbagai pendekatan dalam kajian yang tidak hanya keislaman normatif, namun juga ditekankan pada pendekatan-pendekatan keilmuan lain yang bersifat historis, kontekstusl dan dinamis, sehingga akan mendapatkan pemahaman keislaman yang lebih mendalam dan komprehensif. (AM)