Jumat, 22 November, 2024

Tangkal Intoleransi dan Radikalisme, FKDMI Perkuat Dakwah di Medsos

MONITOR, Jakarta – Penyebaran paham radikalisme dinilai sebagai ancaman bagi bangsa Indonesia. Karena itu, upaya menangkal paham radikalisme harus terus disuarakan.

Deputi Bidang Pengembangan Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Asrorun Ni’am Sholeh, mengatakan, seorang dai harus memberikan ikhbar yang baik dan menetapkan nilai-nilai keunggulan islami.

“Dai adalah mandat kekhalifahan yang ada pada diri kita semua. Seorang dai harus menempatkan posisi di ruang terbuka, bukan ruang hampa sesuai dengan kondisi yang ada,” tutur Niam saat memberikan sambutan pada pembukaan Halaqoh Dakwah dan Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) Award dalam rangka Peringatan Harlah Ke-24 FKDMI di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).

Dalam kegiatan bertema ”Implementasi Nilai Kebangsaan di Kalangan Generasi Muda dalam Menangkal Radikalisme dan Intoleransi dalam Dunia Dakwah” tersebut, Asrorun Niam mengatakan bahwa dalam menangkal radikalisme, para dai muda perlu menggelorakan dakwah yang positif, termasuk dengan memanfaatkan media sosial (medsos).

- Advertisement -

“Memberikan gambaran yang positif adalah hal yang wajib dilakukan oleh kalangan dai muda, di FKDMI khususnya dan pemuda seluruh Indonesia pada umumnya,” tutur Asrorun Niam.

Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Muhammad Fuad Nasar mengatakan, dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia, agama dan negara adalah dua aspek yang saling mengokohkan.

“Agama merupakan fondasi moral bagi keselamatan negara sedangkan kekuasaan negara adalah penjaga supaya agama senantiasa tertanam kuat dalam kehidupan para pemeluknya,” tuturnya.

Karena itu, Fuad mengajak semua pihak untuk memahami dan meresapi kembali pemikiran para pendiri Republik ini tentang relasi agama dan negara. Fuad mengatakan, radikalisme berbasis agama bukan satu-satunya ancaman bagi demokrasi dan negara kesatuan di masa datang.

“Di antara masalah yang dihadapi bangsa kita dewasa ini ialah radikalisme berbasis agama. Salah satu strategi menyelamatkan Indonesia dari radikalisme berbasis agama ialah mengembangkan moderasi Islam dan moderasi di kalangan agama-agama lain juga,” tukasnya.

Sekretaris Jenderal FKDMI, Ahmad Sugiyono yang akrab dipanggil Ogie menambahkan bahwa komitmen dai muda untuk turut melakukan kampanye toleransi dan deradikalisasi selalu dilakukan.

“FKDMI terus melakukan inovasi dakwah agar semakin efektif dan massif agar menjangkau generasi muda. Salah satunya melakukan Pelatihan Dai Millenial untuk menciptakan agen-agen dakwah moderat dari kalangan muda agar mampu masuk ke komunitas-komunitas perkotaan,” ungkapnya.

Salah satu kelemahan dai muda adalah kurang memahami konten yang berkembangan di kalangan masyarakat.

“Dai muda saat ini tidak cukup berdakwah di mimbar dan podium, namun harus aktif di media social agar sasaran lebih luas. Penguatan konten yang kreatif menjadi perhatian para dai muda saat ini agar masayarakat mudah menerima,” pungkas Ogie yang merupakan Ketua Bidang Keagamaan DPP KNPI.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER