MONITOR, Jakarta – Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Dirjen Pendidikan Islam menggelar 5th Anniversary Program 5000 Doktor di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (17/12/2019).
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan peluncuran Integrated Master-Doktor (IMD) yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada para alumni terbaik Perguruan Tinggi Keagamaan Islam agar dapat menempuh jenjang pendidikan master (S2) lanjut doktor di luar negeri. Program ini akan ditempuh selama 4.5 tahun (9 semester).
Dirjen Pendidikan Islam, Kamarudin Amin dalam sambutannya mengatakan bahwa para lulusan program IMD ini nantinya wajib kembali ke Indonesia dan akan ditempatkan di kampus-kampus PTKI sebagai staf pengajar atau membantu memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kementerian Agama.
“Untuk mendapatkan kandidat yang akan mengikuti program ini, kami sebelumnya menyelenggarakan program talent scouting (pencarian bakat) dengan menjaring beberapa orang kandidat terbaik yang berasal dari lulusan terbaik di kampus-kampus PTKI di seluruh Indonesia,” ujarnya.
“Mereka inilah yang akan menjadi calon peserta program IMD ini. Disamping itu, kami juga membuka kesempatan seluas- luasnya bagi lulusan PTKI lain yang memenuhi kualifikasi untuk dapat mengikuti program ini,” tambahnya.
Kamaruddin mengungkapkan bahwa jumlah awardee (penerima beasiswa) program 5000 Doktor Luar negeri sampai saat ini 538 orang baik melalui skema beasiswa penuh maupun bantuan penyelesaian studi yang menempuh studi di 24 negara di seluruh dunia dan tersebar di 98 kampus. Sejak diluncurkannya pada 2014, sampai saat ini sudah ada 84 orang alumni yang telah kembali ke Indonesia.
Dalam rentang waktu 5 tahun, Program 5000 Doktor telah mengembangkan program-program inovatif. Selain program beasiswa regular dimana penerima beasiswa bisa memilih untuk menempuh studi doktoralnya di kampus-kampus terbaik di dunia, terdapat juga skema beasiswa customized program dimana para penerima beasiswa bisa menentukan pilihan studi di kampus-kampus yang telah menjadi mitra Kementerian Agama.
Adapun beberapa skema beasiswa yan telah dikembangkan antara lain: MoARIS dengan kampus di australia (MoRA-ATN Research and Innovation Scholarship (MoARIS) and Special Pathways Leading to Ph.D (SPLP), Belanda (MoRA-Leiden Scholarship on Religion and Society), Canada (MoRA-McGill Scholarship on Religion and Society), Inggris (MoRA-Coventry Scholarship on Trust, Peace, and Social Relations), Mesir (Mora-Canal Suez university scholarship on Arabic teaching; Mora-Institute of Arab Research & Studies (IARS) Arab League Scholarship on Philology), Prancis (MoRA-France Scholarship on Applied Science and Technology).
“Kami juga telah menginisiasi kerjasama-kerjasama baru dengan kampus-kampus di negara Maroko (Ibn Tufayl University, Universitas Qurowiyun) Korea Selatan (SKKU University ) Amerika Serikat, Selandia Baru, Irlandia dan lain-lain. Beberapa manfaat dari bentuk kerjasama dengan mitra kampus di luar negeri ini antara lain, kandidat mendapatkan program pelatihan bahasa di negara tujuan, sistem monitoring serta evaluasi yang lebih terstruktur disamping juga kementrian agama dapat lebih fokus pada pengiriman dosen dengan bidang-bidang tertentu yang menjadi kebutuhan dan prioritas pada PTKI,” katanya.
Kamaruddin mengatakan, di masa yang akan datang program kerjasama ini akan terus ditingkatkan dengan beberapa kampus luar negeri sesuai dengan kebutuhan peningkatan kualitas PTKI di Indonesia.
“Kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang selama ini telah turut mendukung dan terus memberikan penguatan terhadap program beasiswa 5000 Doktor ini. Semoga kami akan terus diberikan kekuatan untuk memberikan kontribusi penting bagi terwujudnya pendidikan Islam yang unggul, moderat dan menjadi rujukan dunia dalam integrasi ilmu agama, pengetahuan dan teknologi,” pungkasnya.
Sebagai informasi, pelaksanaan Program 5000 Doktor Luar Negeri telah berjalan dalam rentang waktu perjalanan 5 tahun dari 2014-2019. Program ini muncul dilatarbelakangi oleh paling tidak tiga hal, pertama yaitu mendukung penuh arah dan tujuan pembangunan yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk mencipatakan Indonesia maju melalui sumber daya manusia unggul.
Kedua, yaitu kebutuhan untuk terus meningkatkan kualitas Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam agar mendapatkan pengakuan global dan penguatan daya saing lingkup ASEAN melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan PTKI. Alasan ketiga yaitu, untuk mendukung transformasi institusi di lingkungan PTKI.
Sebagai gambaran, saat ini hanya terdapat sekitar 12 persen (3502) dosen PTKI yang sudah meraih gelar doktor; 82 persen (23461) lainnya masih berada di level magister dan 6% yang masih S1(1514).