MONITOR, Jakarta – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai sebagai negara maju dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang cepat, Jepang menjadi wacana ideal dalam membangun kerjasama pengelolaan ekonomi Indonesia.
Terlepas dari aspek ekonomi tersebut, sambung dia, karakter budaya Jepang yang punya visi jauh ke depan juga menjadi daya tarik yang patut ditiru.
“Perdana Menteri Jepang di tahun 1984, Yashuhiro Nakasone, merintis misi yang dikenal dengan Nakasone Programme, yakni mengundang pemuda kawasan ASEAN berkunjung ke Jepang selama sebulan. Dari Indonesia, setiap tahunnya mengirim sekitar 150 peserta. Hingga kini alumninya sudah mencapai 4.000. Misi diplomatik yang merupakan turunan dari visi besar bangsa Jepang dalam memulihkan hubungannya dengan negara-negara di kawasan ASEAN tersebut terbukti membawa hasil yang signifikan,” kata Bamsoet dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, dimuat Minggu (15/12).
“Berkat hubungan baik yang dibangun, hingga kini investasi ekonomi Jepang tersebar ke berbagai negara ASEAN. Bahkan negara-negara ASEAN berlomba menjadi tujuan utama investasi Jepang,” tambahnya.
Tidak hanya itu, kepala badan bela negara FKPPI ini memandang, visi yang jauh ke depan mempunyai arti fundamen dan strategis bagi sebuah bangsa. Sejarah telah menuliskan bahwa Indonesia merdeka juga berkat visi perjuangan kemerdekaan para pendiri bangsa, setelah berabad-abad terkungkung penjajahan.
“Kini setelah merdeka, Indonesia masih berjuang mewujudkan visi bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” ujarnya.
“Dengan dilandasi karakter bangsa yang kuat dalam memegang teguh ideologi Pancasila, dan ditunjang pelaksanaan roda pemerintahan yang demokratis, pelaksanaan visi menjadi landasan penting bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi setiap tantangan global,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, penting untuk dicermati bersama, globalisasi yang mengusung ideologi neoliberalisme sangat berdampak bagi bangsa Indonesia, berupa pergeseran tata nilai, ideologi dan budaya. Namun, rasanya tidaklah adil dan arif apabila melihat globalisasi secara apriori. Pun, menerima globalisasi dengan mentah-mentah begitu saja, tanpa perencanaan dan tanpa sikap kritis, juga bukan sikap yang bijaksana.
“Karena itu, para alumni program persahabatan Indonesia-Jepang yang tersebar di seluruh pelosok, harus senantiasa memperkuat jalinan persahabatan dan kemitraan, serta mengoptimalkan setiap bentuk kerjasama agar bisa menghadapi globalisasi dengan kekuatan kolaborasi,” tutur Bamsoet.
Pertemuan Musyawarah Nasional Keluarga Alumni Program Persahabatan Indonesia-Jepang Adab21 (KAPIJA 21) itu, bagi Wakil Ketua Umum SOKSI ini merupakan wujud titik perjuangan yang melampaui rentang waktu panjang, untuk kembali berkumpul dan bersilaturahmi bersama setelah mengikuti Program Nakasone di masing-masing angkatan.
Melalui ikatan silaturahmi yang telah terjalin ini akan semakin menambah kualitas persahabatan dan persaudaraan, demi mewujudkan Indonesia yang semakin baik.
“Dengan Munas KAPIJA 21 ini kita berharap selain dapat meningkatkan hubungan antar pemerintahan, hubungan antar parlemen, juga mempererat hubungan antar rakyat dengan rakyat (people to people contact). Ke depan, kerja sama dalam pertukaran pengalaman dan pengetahuan di berbagai bidang juga harus berlanjut.”
“Saya berharap setiap alumnus program persahabatan Indonesia-Jepang dapat mensinergikan peran masing-masing dalam berbagai profesi guna memajukan bangsa dan negara yang kita cintai,” pungkas Bamsoet.