MONITOR, Indramayu – Indonesia terkenal sebagai produsen buah mangga dunia terbesar setelah India, China, Thailand, dan Meksiko. Pada 2018 produksi mangga di Indonesia mencapai 2.184.399 ton. Produksi tersebut berpeluang besar dalam peningkatan ekspor buah di Indonesia.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam Pekan Inovasi Mangga Nasional, menyebutkan potensi mangga nasional sangat besar dan dapat ditangkap sebagai modal utama meningkatkan kinerja ekspor buah. Sentuhan teknologi menjadi upaya utama untuk merealisasikan potensi tersebut.
“Peningkatan kinerja ekspor buah dapat dilakukan melalui penerapan teknologi dan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi melalui penerapan standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir,” tutur Syahrul di Instalasi Penelitian Pengembangan Teknologi Pertanian (IP2TP) Cukurgondang, Pasuruan – Jawa Timur.
Di IP2TP mempunyai koleksi plasma nutfah tersebesar se Asia Tenggara tersebut, Syahrul mengatakan potensi pasar mangga Indonesia sangat besar baik domestik maupun ekspor. Pasar domestik sangat potensial karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar.
“Sekitar 90 persen dari produksi buah Indonesia dikonsumsi di dalam negeri dan 10 persen diekspor ke negara lain. Kondisi ini menunjukkan potensi yang tinggi untuk pasar domestik dan ekspor,” terang Syahrul.
Kabupaten Indramayu juga dikenal sebagai produsen mangga. Tercatat pada 2018 menyumbang produksi sebesar 33, 483 ribu ton. Melalui perlakuan khusus, wilayah ini mampu berproduksi dua kali dalam setahun. Varietas yang mendapat perhatian besar konsumen adalah Gedong Gincu. Kulit buah berwarna oranye di pangkal buah, warna daging oranye menyala, kaya air dan memiliki rasa manis luar biasa. Dipastikan siapapun yang mencicipinya akan ketagihan.
“Di Indramayu bisa dilakukan off season pada April, Mei, Juni. Nanti lagi ada panen raya dari Agustus hingga akhir tahun seperti sekarang. Berikutnya dilakukan pemeliharaan lagi. Kami lakukan pemangkasan ranting dan sekitar tanaman. Soal produksi dan harga, sama sekali tidak ada masalah,” ujar Kasi Bina Usaha dan Perlindungan Hortikultura Kabupaten Indramayu, Usep Sukarso.
Selain terkenal dengan mangga gedong gincu, beberapa varietas mangga lainnya juga ada di Indramayu. Mangga- Mangga tersebut ke dipasarkan ke PD Jaya Mulya, salah satu supplier di Kecamatan Jatibarang.
“Ada beberapa komoditas termasuk gedong gincu yang saya kelola untuk mengisi pasokan hingga ke Jakarta. Harga memang ada penurunan sedikit. Pada September lalu harga di tingkat petani Rp 20 ribu per kg dengan harga jual ke Jakarta mencapai Rp 35 ribu per kg,” ujar pengelola PD Jaya Mulya, Ayi Sumarna.
Sumarna menyebutkan, mangga yang masuk ke gudangnya dilakukan sistem grading. Grade A seharga Rp 25 ribu per kg dan Grade B seharga Rp 13 ribu per kg.
“Khusus hari ini, mangga Grade A Rp 15 ribu per kg dan grade B seharga Rp 8 ribu namun stoknya mulai sedikit karena mulai akhir musim panen,” ujarnya.
Menanggapi harga yang turun sementara ini, ditanggapi biasa karena hampir terjadi dalam setahun. Para petani tidak merasa kerugian berarti karena rata-rata kebun mangga adalah kepemilikan pribadi. Bertani mangga adalah mata pencaharian andalan yang mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Salah seorang petani, Jaelani menyebutkan, BEP mangga Rp 10 ribu per kg untuk kualitas super. “Iya harga BEP mangga Rp 10 ribu, kalau harga bagus bisa Rp 20 ribu lebih per kg. Biasanya itu di bulan April.”
Kasi Pengembangan dan Produksi Hortikultura Kabupaten Indramayu, Yuniah menyebutkan Indramayu berpotensi terhadap pengembangan mangga. Pemerintah kabupaten memiliki perhatian terhadap para petani mangga.
“Di Jatibarang terdapat lebih dari 100 hektare, di Sliyeg terdapat 70 hektare dan di Cikedung 200 hektare. Petani banyak memiliki lahan yang luas dan dikelola sendiri. Untuk pemasaran, mangga didistribusikan melalui jasa para pengepul,” ujar Yuniah.
Jatuhnya Harga
Maraknya desas desus anjloknya mangga yang sempat viral beberapa hari belakangan, tim Hukmas Ditjen Hortikultura menyambangi pemilik akun Prio Sigit. Dari statusnya menyebutkan bahwa harga mangga Indramayu mencapai Rp 5 ribu per kg dan mangga Gedong Gincu Super Rp 15 ribu per kg. Dari hasil pembicaraan terkuaklah awal mula status facebook miliknya.
“Jadi waktu itu ada pesenan mangga gedong gincu dari sahabat saya. Saya mendatangi lapak pengepul dan saat itu saya bertemu beberapa petani mangga yang mengeluhkan harga anjlok dan meminta saya untuk ikut memborong mangga mereka,” ujar Prio.
Lanjut cerita, meski awalnya takut akan kecaman para pengepul lain, Prio berusaha mendistribusikan mangga para petani. Dirinya berniat membantu para petani terutama yang terlilit hutang.
“Alhamdulillah, akhirnya hutang-hutang mereka terbayar. Permintaan makin mengalir meski saya awalnya tidak berniat berjualan. Bahkan ada permintaan dari Toko Tani Center,” jelas Prio.
Menanggapi hasil obrolan dan penelusuran selama di Indramayu, Kasubbbag Hukum dan Humas Ditjen Hortikultura, Rico Simanjuntak menilai anjloknya harga bersifat sementara.
“Menurut penelusuran,, terjadinya penurunan harga ini dikarenakan terjadinya panen raya berbarengan di wilayah Kuningan, Cirebon, Majalengka dan Indramayu. Kehadiran Prio ini murni membantu para petani. Sejauh kami mengamati, kondisi sudah membaik. Bahkan harga di Prio mulai merangkak Rp 17 ribu per kg, belum termasuk ongkos kirim,” jelas Rico.