INDUSTRI

Sektor Industri Masih Jadi Penggerak Utama Ekonomi Nasional

MONITOR, Jakarta – Industri pengolahan konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional, termasuk pada triwulan III tahun 2019 yang mencapai 19,62 persen. Sementara itu, laju industri pengolahan tercatat tumbuh 4,15 persen secara tahunan (y-o-y).

“Kita melihat industri pengolahan masih menjadi salah satu motor penggerak utama pada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (5/11).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2019, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha industri pengolahan sebesar 0,86 persen. Sedangkan, di periode yang sama, pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,02 persen.

Pertumbuhan 5,02 persen tersebut, dinilai masih cukup baik di tengah kondisi ekonomi regional yang mengalami ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Indonesia masih cukup tahan menghadapi ketegangan perang dua negara itu yang tercatat sebagai mitra dagang utama.

BPS merinci, industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 8,33 persen (y-o-y), karena didukung oleh peningkatan crude palm oil (CPO) yang sejalan dengan konsumsi domestik CPO. Industri furnitur juga tercatat tumbuh 6,93 persen (y-o-y) lantaran didorong meningkatnya permintaan dari luar negeri.

Menperin Agus menegaskan, pihaknya tetap fokus untuk semakin meningkatkan daya saing industri nasional agar bisa lebih kompetitif di kancah global. Oleh karena itu, berbagai langkah strategis akan dijalankan untuk merevitalisasi industri manufaktur di dalam negeri.

“Kami terus memacu produktivitas industri kita supaya bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik dan mengisi permintaan ekspor. Apalagi, Indonesia punya pasar yang sangat besar. Ini yang menjadi potensi bagi kita,” tuturnya.

Kemudian, kebijakan hilirisasi akan terus dijalankan guna meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Upaya strategis ini dinilai memberikan efek berganda yang luas bagi perekonomian, seperti pada peningkatan penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa dari ekspor.

Menperin Agus menyampaikan, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui beberapa upaya strategis. Misalnya, memberikan kemudahan izin usaha serta memfasilitasi insentif fiskal dan nonfiskal.

“Dengan adanya investasi masuk, kita akan bisa memperkuat struktur industri manufaktur di dalam negeri. Dari investasi itu juga bisa memacu produktivitas dan menghasilkan produk substitusi impor,” ujarnya.

Guna menggenjot daya saing industri nasional, diperlukan pula perbaikan rantai pasok yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Berikutnya, dukungan ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia kompeten, dan suplai energi yang cukup dengan harga yang kompetitif.

Di samping itu, Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan untuk melakukan transformasi sektor manufaktur di dalam negeri supaya mampu menghadapi perkembangan era industri 4.0. Implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 diyakini akan membangkitkan kembali industri manufaktur di Tanah Air.

“Dengan pemanfaatan teknologi industri 4.0, akan mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien. Hal ini karena telah terbangunnya konektivitas melalui teknologi digital. Misalnya, menggunakan internet of things atau artificial intelligence,” paparnya.

Kemudian, Pemerintah juga berupaya memperluas akses pasar ekspor untuk industri manufaktur. Sebab, selama ini produk pengolahan nonmigas menjadi andalan dalam pencapaian nilai ekspor nasional.

“Misalnya, kita perluas pasar ekspor ke negara-negara potensial seperti di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika,” sebut Agus.

Menperin menambahkan, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah memprioritaskan pengembangan lima sektor manufaktur yang dinilai mampu memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Kelima sektor tersebut, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.

“Tidak hanya menyasar kepada sektor skala besar saja, kami juga tetap memprioritaskan pada pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang juga menunjukkan geliat yang baik untuk berperan meningkatkan pertumbuhan sektor industri manufaktur,” tandasnya.

Recent Posts

Menteri UMKM Tegaskan Bertanggung Jawab Atas Kasus Mama Khas Banjar

MONITOR, Kalsel - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bertanggung jawab…

43 menit yang lalu

Tanpa TPL, Siap-siap Hadapi Dampak Finansial yang Mengerikan

MONITOR, Jakarta - Bagi pemilik kendaraan bermotor di Indonesia, penting untuk mengetahui bahwa pemerintah sedang…

2 jam yang lalu

IHC Perkuat Sistem Tata Kelola Klinis Berbasis Etika Profesi

MONITOR, Jakarta - PT Pertamina Bina Medika IHC (IHC), sebagai Holding Rumah Sakit BUMN yang membawahi…

3 jam yang lalu

Kemenkes Andalkan Sistem Satu Data Kesehatan untuk Pantau Kondisi Jemaah Haji Secara Real Time

MONITOR, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan mengandalkan sistem satu data kesehatan jemaah untuk…

4 jam yang lalu

Fikih Hijau Jadi Instrumen Teologis Negara Muslim Jawab Masalah Lingkungan

MONITOR, Jakarta - Persoalan lingkungan menjadi tantangan pelik di hampir semua negara. Negara-negara Muslim sejatinya…

4 jam yang lalu

Pertamina Kembangkan Energi Transisi, Dorong Kesejahteraan 408 Petani di Bali

MONITOR, Jakarta - Kekeringan menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan Indonesia. Data Badan Meteorologi, Klimatologi,…

6 jam yang lalu