Jumat, 29 Maret, 2024

Kementan Dorong Strategi Jitu Percepatan Tanam Padi dengan Teknologi Semai Kering

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong implementasi strategi jitu guna percepatan tanam padi dengan teknologi kering. Strategi ini penting sebagai solusi di musim kemarau seperti ini untuk menggerakkan sumber daya yang ada agar produksi padi tetap stabil.

Di sisi lain, Pemerintah Daerah Lampung telah menetapkan Program Sekampung Sistem untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan pertanaman padi di wilayah Lampung Tengah, Lampung Timur dan Kota Metro. Lagi-lagi program ini agar di musim kemarau petani tetap menanam padi dan komoditas lainnya.

Namun demikian untuk mendukung kesuksesan program pemerintahan Lampung tersebut, diperlukan teknologi yang tepat guna dan efisien, salah satunya adalah teknologi semai kering.

Penanggung Jawab Program Upaya Khusus (UPSUS) Kabupaten dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Sigit Setiawan sangat mendukung kegiatan ini. Semai kering menjadi pilihan utama untuk mempercepat tanam, sehingga sistemnya marathon, antara pengolahan tanah dan semai dilakukan bersamaan ditempat berbeda.

- Advertisement -

“Waktu semai cukup 10 sampai 14 hari, jauh lebih cepat dibanding semai konvesional yang mencapai umur 20 hari. Apalagi dengan dukungan Rice Transplanter dari Brigade dan petani, proses penanaman bibit padi lebih efisien waktu,” demikian kata Sigit di Jakarta, Minggu (29/9/2019).

Menurut Sigit, dengan mensinergikan program Sekampung Sistem dan Teknologi Semai Kering diharapkan dapat mengaktifkan 25.000 hektar lahan pertanaman padi dan penanamannya bisa dilakukan tepat waktu.

“Bahkan lebih cepat dari jadwal tanam yang biasanya dilakukan pada bulan Oktober – November 2019,” jelasnya.

Perlu diketahui, dalam pelaksanaannya, Tim UPSUS Provinsi Lampung bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung (BPTP) melakukan sosialisasi di beberapa kelompok tani di sekitar wilayah Sekampung Sistem. Kelompok tani melakukan praktek langsung pembuatan semai kering dibawah pengawasan BPTP seperti di Kelompok Tani Rejo 2 Kota Metro. Kelompok tani tersebut sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan berharap dapat langsung diterapkan di wilayahnya.

Terpisah, Kiswanto, salah satu Penyuluh Ahli Madya di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementan di Lampung menjelaskan teknologi semai kering sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat, akan tetapi masih sedikit yang melakukan karena dianggap rumit. Padahal teknologi ini lebih menguntungkan dibandingkan semai konvensional antara lain proses pembuatan dan perawatan mudah.

“Dapat dilakukan di pekarangan, praktis dalam pencabutan bibit, bibit lebih terkontrol dari hama dan penyakit, pertumbuhan lebih cepat dan bibit tidak mudah stress, selain itu biaya kerja juga lebih murah,” jelasnya.

“Teknologi semai kering sangat efektif karena dapat dilakukan bersamaan dengan saat olah tanah di tempat yang berbeda.” tambahnya,” tambah Kiswanto.

Jumali, Ketua Gapoktan Sumber Makmur di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah mengatakan semai seperti ini justru lebih murah biayanya dan bibit tidak mudah stress waktu dipindahkan. Petani belum banyak yang menggunakan teknologi ini karena mereka menganggap sulit seperti tanah harus diayak, menyesuaikan ukuran semai sesuai space alat tanam.

“Padahal kalau sudah biasa ternyata gampang, bahkan kita sudah memulai sejak tahun 2017 dan sampai dengan saat ini tidak ada kesulitan,” katanya.

Ditempat terpisah, Fuad anggota Kelompok Tani Jaya Makmur di Desa Purwodadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah mengaku teknologi ini sebagai prospek bisnis karena saat ini banyak petani yang tidak mau repot menyiapkan bibit. Permintaan semai kering selalu meningkat setiap musimnya.

“Musim Tanam II kemarin kami mendapat order 15 hektar, musim ini jauh lebih banyak akan tetapi kami tolak karena waktunya bersamaan,”ungkap Fuad.

Disisi lain Istiqomah yang merupakan istrinya Fuad sangat bersyukur kegiatan ini bisa membuka lapangan kerja bagi tetangga sekitar. “Iya terutama ibu-ibu dengan membuat media semai,” akuinya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER