MONITOR, Jakarta – Anggota MPR/DPR RI Yoseph Umarhadi menyadari bahwa setelah 20 tahun sejak reformasi atau pasca runtuhnya rezim orde baru (Orba) banyak orang Indonesia mulai menyadari betapa pentingnya Pancasila sebagai pedoman dan dasar falsafah bangsa.
Meskipun, sambung dia, banyak pula orang yang menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila telah sedemikian mulai pudar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Hal itu bisa dilihat dari mulai jarangnya Pancasila menjadi diskursus dan rujukan dalam setiap pengambilan keputusan dalam berbangsa dan bernegara,” kata Yoseph dalam peluncuran buku karnyanya tentang ‘Pancasila Dasar Filsafat Bangsa Indonesia’, di Aula Perpustakaan MPR RI, Komplek Parlemen, Senayan, dimuat Sabtu (27/9).
Diakui dia, Pancasila yang digali dari budaya masyarakat Indonesia oleh Ir. Soekarno dalam pidato 1 Juni 1945 tak pelak adalah mutiara bangsa Indonesia yang seharusnya menjadi dasar da pedoman dalam setiap kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sehingga, imbuhnya, sebagai sebuah konsensus bangsa, Pancasila tidak hanya menjadi dasar Indonesia merdeka, tetapi sekaligus cita-cita yang menuntun bangsa ini dalam meraih kehidupan adil makmur.
“Atas alasan inilah, dan dimotivasi oleh keinginan untuk terus menerus mendorong diskursus tentang Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka saya beranikan diri untuk menerbitkan buku ini,” ujarnya.
Yoseph menegaskan bahwa dalam penulisan materi buku Pancasila dasar filsafat bangsa Indonesia ini tidak terlepas dari materi pendidikan doktoralnya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sejak 2017-2018.
Bahkan, diakuinya, terinspirasi dalam kuliat filsafat Pancasila yang diampu Prof. Dr. Armaidy Armawi yang mana sangat terpatok oleh gagasan bahwa kelahiran Pancasila adalah kebutuhan akan suatu dasar negara.
“Sehingga membincangkan Pancasila tidak bisa dilepaskan dari konteks kenegaraan Indonesia. Karenanya, menjadi sangat penting untuk mengkaji Pancasila sebagai awalnya,” ujarnya.
“Dalam arti, dalam diskusi dan sidang – sidang Badan usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) karena dalam sidang-sidang itulah perdebatan mengenai dasar negara terjadi,” pungkas politikus PDI Perjuangan tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menyambut baik karya tulis koleganya tersebut. Sebab, diakui Basarah sangat sedikit sekali orang untuk mau menjadikan Pancasila sebagai objek karya tulisannya.
“Menulis sebuah buku tentang Pancasila tidaklah mudah karena pernah dalam satu babak sejarah bangsa ini, terjadi distorsi dan manipulasi sejarah Pnacasila pada era orde baru,” sebut Basarah.
“Dampaknya, terjadi polemik berkepanjangan tentang kapan Pancasila itu lahir dan siapa orang yang pertama kali mengemukakan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia meredeka,” ucap Ketua DPP PDI Perjuangan itu.