MONITOR, Qingdao – Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Prof Rokhmin Dahuri mewakili Indonesia dalam Pembentukan Konsorsium Internasional tentang Sains Teknologi Budidaya dan Pengembangan Industri yang diinisiasi oleh Yellow Sea Fisheries Research Institute of CAFS (YSFRI) di Qingdao, China. Kamis-Jum’at (26-27/9/2019).
“Konsorsium Internasional tentang Sains dan Teknologi Akuakultur (perikanan budidaya-red) dan Pengembangan Industri akan dibentuk dalam Forum Internasional tentang Akuakultur untuk Negara-negara Jalur Sutera (26-27 September, 2019; Qingdao, Cina),” ujar Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB itu dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/9/2019).
Menurut Rokhmin yang juga mantan Menteri kelautan dan perikanan, Konsorsium yang akan dibentuk nanti bertujuan untuk memastikan keamanan pangan global dan pasokan produk-produk air.
“Termasuk mempromosikan ketersediaan protein hewani yang berkualitas dan meningkatkan gizi masyarakat, dan untuk meningkatkan teknologi dan manajemen akuakultur dan mendorong kolaborasi pelengkap di antara negara-negara peserta konsorsium,” ungkapnya.
Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) sendiri lanjut ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan tersebut adalah salah satu anggota pendiri Konsorsium. Selain Indonesia, forum internasional itu juga dihadiri negara-negara anggota konsorsium meliputi Tiongkok, Australia, Belanda, Filipina, Mesir, Thailand, Bangladesh, Malaysia, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Tunisia.
YSFRI Sebagai inisiator pelaksanaan forum internasional sendiri adalah lembaga penelitian kelautan dan perikanan multidisiplin yang diresmikan di Shanghai sebagai Laboratorium Perikanan Pusat, Departemen Pertanian dan Kehutanan China yang berdiri pada Januari 1947 dan mulai beroperasi di Qingdao pada Desember 1949.