Sabtu, 21 Desember, 2024

Mengunjungi Masjid Qingjing Quanzhou, Menyusur Jalur Sutra China

MONITOR, Quanzhou – Disela-sela kunjungannya memenuhi undangan menjadi narasumber ke Xiamen dan Quanzhou University, guru besar perikanan dan ilmu kelautan IPB, Prof Rokhmin Dahuri mengunjungi Masjid Qingjing yang merupakan salah satu masjid tertua di China di Kota Quanzhou, Provinsi Fujian, Rabu (25/9/2019).

“Ini adalah salah satu masjid yang tertua di China sekaligus sebagai peninggalan sejarah tingkat nasional oleh Dewan Negara,” ujar ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu kepada MONITOR, Rabu (25/9/219).

Menurut mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu, Masjid Qingjing menjadi simbol bukti hubungan persahabatan dan interaksi budaya antara rakyat China dengan rakyat di negara-negara Arab pada masa lampau serta keunggulan Jalur Sutra Laut yang bermarkas di Kota Quanzhou.

Keberadaan Masjid Qingjing sendiri lanjut Rokhmin Dahuri tidak terlepas dari posisi Kota Quanzhou yang merupakan salah satu kota tua yang tertelak di tepi pantai timur Propinsi Fujian dan menurut kisah merupakan kota awal jalur jalan sutra melalui laut yang menghubungkan dunia timur dan barat pada masa lalu.

- Advertisement -

“Quanzhou adalah pelabuhan laut dan ujung timur jalan sutra. Masjid Qingjing adalah saksi sejarah perdagangan dan pertukaran budaya antara China dan negara-negara Arab. Masjid ini juga merupakan peninggalan dan bukti status Quanzhou kuno sebagai pusat kota oriental Terbesar,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Masjid Qingjing mulai dibangun pada tahun 400 Hijrah (1009 Masehi). Pada tahun 1309, tokoh dari Iran yang bernama, Muhamad membangun kembali masjid yang memiliki arsitektur masjid di Damaskus, Suriah tersebut.

Tiga gerbang masjid membentuk pintu masuk utama yang memiliki panjang 65.6 meter dan lebar 14,8 meter. Relung di bagian luar dinding selatan dan mizbah yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Ada sebuah ruang pameran di belakang masjid yang menyediakan beberapa informasi tambahan tentang perkembangan Islam di Quanzhou.

Ruang utamanya meliputi area seluas 717,6 meter persegi. Bangunan ini terdiri dari struktur granit dengan jendela besar yang terbuka pada aula. Seperti arsitektur Islam pada umumnya, Masjid ini awalnya berwarna keemasan. Hingga tahun 1607, sebagian bangunan runtuh karena gempa yang dahsyat.

Masjid Qingjing merupakan saksi persahabatan dan juga pembauran budaya antara China dan Arab. Para pendatang Arab yang beragama Islam tinggal dan menetap di Quanzhou dan kemudian menikah dengan wanita lokal. Mereka kemudian menurunkan komunitas tersendiri yang unik dan dengan berjalannya waktu terintegrasi dan bercampur dengan masyarakat Cina secara harmonis selama ribuan tahun hingga masa kini.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER