Jumat, 29 Maret, 2024

Bicara di Xiamen University, Rokhmin Dahuri Paparkan Jalur Sutra China di Indonesia

MONITOR – Pakar Kemaritiman yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof Rokhmin Dahuri menjadi pembicara inti acara dialog publik soal Jalur Sutra China atau Belt and Road Initiative (BRI) di Xiamen University, Selasa (24/9/2019).

Dalam paparannya dihadapan puluhan mahasiswa pascasarjana S2 dan S3 tersebut, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB itu mengingatkan tujuan awal jalur sutra China yang tak lain demi misi perdamaian, dan kehidupan dunia yang lebih baik melalui kemitraan dan kerjasama ekonomi ekonomi.

“Ketika mengunjungi Kazakhstan dan Indonesia pada bulan September dan Oktober 2013, Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan inisiatif untuk bersama-sama mengembangkan Jalur Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad 21,” ujarnya.

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menegaskan jika Jalur Sutra yang digagas adalah untuk membangun model baru hubungan internasional yang menampilkan rasa saling menghormati, keadilan, keadilan, dan kerja sama mengedepankan kemitraan melalui dialog dan persahabatan daripada konfrontasi.

- Advertisement -

“Untuk mempromosikan sinergi di antara strategi pembangunan berbagai negara, memanfaatkan potensi pasar di kawasan ini, mempromosikan investasi dan konsumsi, menciptakan permintaan dan pekerjaan, dan meningkatkan pertukaran antar masyarakat dan saling belajar di antara peradaban, semuanya dalam upaya untuk memelihara pemahaman dan saling menghormati di antara orang-orang dari berbagai negara dan berbagi kehidupan yang harmonis, damai dan sejahtera di dunia,” tegasnya.

Meski digagas oleh China, Rokhmin mengatakan jika Jalur Sutera menjadi kepentingan dunia yang berakar dari sejarah namun berorientasi pada masa depan yang lebih baik tidak hanya berfokus pada Asia, Eropa, dan Afrika, tetapi terbuka untuk semua mitra. Ini mencakup berbagai negara dan wilayah, budaya dan agama yang berbeda, dan berbagai kebiasaan dan gaya hidup.

“Jalur Sutera adalah inisiatif untuk pembangunan damai dan kerja sama ekonomi, daripada aliansi geopolitik atau militer,” tandasnya.

Indonesia sendiri lanjut Rokhmin, pada tahun 2014, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meluncurkan visi GMF (Global Maritime Fulcrum) yang sangat terkait dengan konsep, tujuan, dan area BRI. GMF Indonesia sendiri fokus pada pengembangan dan perlindungan wilayah laut dan sumber daya negara untuk kemajuan, kemakmuran, dan kedaulatannya.

“Dengan kata lain, ini adalah visi dan program pembangunan kelautan yang berwawasan ke dalam. BRI China adalah visi pembangunan yang lebih berwawasan ke luar,” ungkapnya.

“Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping mencapai konsensus penting dalam mempromosikan sinergi antara GMF dan BRI untuk kepentingan rakyat kedua negara,” tambahnya.

Dalam hal konektivitas infrastruktur, Cina mendukung pengembangan Jalan Raya Maritim Indonesia yang diusulkan oleh Presiden Jokowi, dan telah berpartisipasi dalam proyek-proyek infrastruktur strategis dan utama di Indonesia seperti jalan, kereta api, pelabuhan, dan pembangkit listrik.

Rokhmin menegaskan, Pemerintah Indondonesia menjadikan pembangunan sektor maritim diantaranya bertujujuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya nelayan, pembudidaya ikan, dan komunitas maritim lainnya.

Menghasilkan produk dan layanan laut yang sangat kompetitif untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor, meningkatkan kontribusi sektor ekonomi kelautan terhadap perekonomian negara (PDB), mmenciptakan lebih banyak peluang kerja.

Meningkatkan konsumsi ikan per kapita (makanan laut) dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia dan untuk meningkatkan pasar domestik untuk produk makanan laut dan perikanan.

Melindungi keberlanjutan ekosistem pesisir dan lautan serta sumber daya yang terkandung di dalamnya, Memelihara dan meningkatkan budaya maritim masyarakat Indonesia dan menjaga kedaulatan negara dan bangsa Indonesia.

Indonesia, tegas Rokhmin adalah tetangga penting Cina. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menikmati stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang cepat, stabilitas sosial dan harmoni dan potensi pembangunan yang luar biasa. “Kerja sama yang lebih kuat antara Cina dan Indonesia melayani kepentingan jangka panjang dan fundamental kedua negara,” pungkas dosen kehormatan Mokpo National University itu.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER