Kamis, 25 April, 2024

Penanganan Optimal Pertamina: Penutupan Sumur YYA-1 Sampai Pemulihan Lingkungan

MONITOR, Jakarta – Setelah 6 pekan Pertamina telah melakukan pengeboran relief well (sumur baru) di pantai utara Karawang, pengerjaan tersebut kini telah memasuki tahap akhir dan memasuki fase penting, yakni penutupan sumur YYA-1 yang merupakan sumber tumpahan.

Pertamina optimis kebocoran minyak pada sumur YYA-1 yang dikelola Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), bisa segera ditutup permanen sesuai target pada akhir September 2019.

Vice President Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya mengatakan, pengeboran sumur YYA-1 RW (sumur baru) telah mencapai pada safe point terakhir yakni pemasangan casing 8 1/2″ di kedalaman 8957 feet atau 2.730 meter. Safe point ini tinggal menyisakan interval sepanjang 20 feet (6 meter) dari target mulai intercept di 8977 feet atau 2.736 meter. 

“Saat ini tahapannya sudah pada fase menemukan dan meng-intercept lubang sumur YYA-1. Ini merupakan salah satu proses yang penting, sehingga harus dilakukan sangat hati-hati. Harapannya akhir September atau paling lambat awal Oktober, sumur sudah bisa ditutup permanen,” ujar Ifki. 

- Advertisement -

Setelah melokalisir dan intercept dengan tepat, lanjut Ifki, tahap berikutnya adalah memompakan lumpur berat ke dalam sumur baru dengan tujuan mematikan sumur YYA-1. Setelah sumur YYA-1 dinyatakan mati akan dilakukan monitoring selama 24 jam penuh sebelum dilanjutkan ke proses plug and abandon atau penutupan sumur secara permanen. 

Upaya maksimum penanganan oil spill di laut, proteksi berlapis dengan lebih dari 9.000 meter oil boom konsisten terus dipertahankan dengan baik. Sedangkan untuk perlindungan di pesisir pantai, PHE telah melakukan pemasangan lebih dari 10.000 meter oil boom dan 2.000 meter waring khususnya untuk memastikan proteksi area sensitive mangrove. PHE juga secara pararel telah memulai program penanaman 10.000 mangrove di SegarJaya Kerawang bekerja sama dengan UNISMA dan Pemda Karawang. Ke depan akan terus dilanjutkan di pesisir pantai desa terdampak lainnya.

“Mohon doa dan dukungannya, agar segala yang tengah diupayakan oleh tim terbaik yang dimiliki PHE ONWJ dan dukungan berbagai ahli dari dalam dan luar negeri, bisa berjalan dengan baik sesuai dengan target yang ditetapkan,” imbuh Ifki.

PHE ONWJ bekerjasama dengan Pertamedika juga terus memberikan layanan kesehatan di wilayah terdampak dengan menerjunkan 10 dokter, 69 paramedik dan 5 ambulance yang tersebar di 10 Posko Kesehatan. Seluruh posko rata-rata melayani sekitar 500 warga per hari, sehingga secara kumulatif sejak dibuka layanan kesehatan, total yang telah melayani mencapai 23.942 pemeriksaan warga.

Warga sangat antusias dengan kehadiran tim medis PHE ONWJ dan Pertamedika, sehingga, sebagian besar penyakit yang dikeluhkan warga merupakan penyakit yang sudah lama, sementara keluhan warga terkait tumpahan minyak boleh dibilang dikeluhkan warga yang memang mayoritas berada pada pinggir pantai. Tim medis juga melakukan pengecekan kondisi kesehatan kepada masyarakat sekitar yang turut membantu pembersihan sebelum melakukan kegiatan sehingga kondisi kesehatan warga tersebut terus termonitor.

Menurut Ifki, PHE ONWJ juga mulai melakukan relokasi sementara terhadap 27 KK yang tinggal di tiga dusun di Desa Cemara Jaya. Relokasi ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada warga terdampak insiden sumur YYA-1 yang rumahnya terkena banjir rob ketika musim angin darat tiba seperti saat ini dan masih dilakukan secara bertahap, meskipun banyak juga warga yang menolak dengan berbagai alasan. 

Terkait kompensasi, sebanyak 10.271 warga terdampak telah terverifikasi untuk menerima dana kompensasi awal. Hingga 19 September 2019, sebanyak 2.401 warga telah mendapatkan kompensasi awal yang merupakan itikad baik Pertamina. Besaran kompensasi berdasarkan hasil koordinasi pemangku kepentingan pada 9-10 September 2019 yang dikonsultasikan ke Tim Kejaksaan Agung, BPKP, KKP, KLHK, SKK Migas, MUI Jabar dan Kepala Dinas di tujuh kabupaten/ kota. 

“Pembayaran kompensasi awal ini diberikan terlebih dahulu untuk warga terdampak langsung, nelayan, pembudidaya, petambak garam, kelompok pengolah dan pemasar ikan serta wisata bahari. Paralel dengan itu, Pertamina dengan pihak terkait dalam proses penyusunan formula kompensasi final. Nantinya kompensasi tahap awal yang telah disampaikan kepada warga akan diperhitungkan sebagai bagian dalam kompensasi final. Kami juga melakukan verifikasi tahap selanjutnya untuk memastikan warga terdampak yang berhak namun belum masuk dalam daftar penerima kompensasi awal dapat terselesaikan segera”, jelas Ifki.

PHE menegaskan bahwa kompensasi tersebut akan diikuti dengan berbagai program berkelanjutan yang akan dilakukan dalam jangka menengah dan panjang ke depan, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat terdampak sekitar benar-benar pulih atau bahkan lebih meningkat dibandingkan sebelum adanya kejadian ini.

Pemulihan Lingkungan

PHE melalui anak usahanya PHE ONWJ memastikan akan bertanggung jawab penuh terhadap pemulihan lingkungan di wilayah terdampak tumpahan minyak YYA-1 di 3 (tiga) kabupaten terdampak di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. 

Pemulihan lingkungan akan dilakukan terhadap ekosistem mangrove dan terumbu karang  berupa perawatan, penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang di wilayah terdampak.

“Komitmen kami akan memulihkan lingkungan terdampak seperti semula. Target penanaman mangrove dan rumah ikan akan segera dilakukan sesuai data yang diterima PHE-ONWJ saat ini,” kata Ifki Sukarya, VP Relations PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Penanaman mangrove akan dilakukan di 3 kabupaten yang terdampak. Di Kabupaten Karawang di beberapa wilayah yang terdapat ekosistem mangrove seperti Desa Pusakajaya Utara, Desa Sungai Buntu, Desa Sedari, Desa Cemarajaya dan lain-lain. 

Adapun di Kabupaten Bekasi di Desa Pantai Bahagia dan Pantai Bakti. Sementara Kepulauan Seribu pemulihan lingkungan khususnya perawatan mangrove dan terumbu karang dilakukan  di pulau-pulau yang ditetapkan untuk dilakukan pemulihan oleh PHE ONWJ.

Ifki menambahkan, data area yang akan menjadi target pemulihan lingkungan dapat mengacu pada hasil survey yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) , Dinas Lingkungan Hidup setempat serta masukan dari masyarakat dan berbagai pihak.

Ia juga menjelaskan untuk ekosistem, lokasi dan luasan area terdampak yang harus dipulihkan, nantinya pihak yang berwenang yang akan menentukan berdasarkan hasil survey.

“Pelestarian lingkungan itu sudah menjadi program tetap perseroan di semua wilayah operasi Pertamina. Dengan insiden YYA, program akan ditingkatkan agar sumber daya alam perairan, tanaman dan biota yang ada di dalamnya dapat dijaga kelestariannya  dan dimanfaatkan bersama,” pungkas Ifki.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER