Sabtu, 20 April, 2024

BKP Kementan Kampanyekan Pengurangan Food Waste

MONITOR, Jakarta – Negara-negara di dunia sepakat mengurangi food loss and waste untuk mewujudkan sustainable food system. Fokus utama yang ingin dicapai adalah memastikan ketahanan pangan dan keamanan pangan, pangan untuk kesehatan dan diet yang baik, dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Andriko Noto Susanto dalam Workshop Ketahanan Pangan yang diselenggarakan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (21/09).

Andriko megatakan, tantangan food loss and waste (kehilangan saat proses produksi dan konsumsi) di dunia cukup tinggi. Negara Arab Saudi misalnya jumlahnya mencapai 427 kg/kap/tahun, sementara di Indonesia jumlahnya 300 kg/kap/tahun. Negara-negara maju saat ini sudah berupaya lebih jauh dalam menguranginya.

“Austria misalnya sudah memiliki online platform food sharing, kerjasama dengan food bank dan kementerian terkait. Sementara di Belanda memiliki program nasional “united against food waste” untuk mengurangi waste 50% pada 2030,” jelas Andriko yang mewakili Kepala BKP.

- Advertisement -

Di Indonesia menurut Andriko, upaya pengurangan food loass and waste harus menjadi agenda bersama. Keluarga, lebih spesifik lagi ibu-ibu memiliki peran signifikan sebagai garda terdepan bagi pengurangan loss and waste karena ibu adalah pelaku utama yang memutuskan jenis masakan, selera, gizi, dan jumlah makanan yang harus di konsumsi oleh anggota keluarga.

“Jadi kampanye food waste ini mulainya harus dari ibu-ibu. Perbaikan kualitas gizi akan menentukan Ketahanan pangan tingkat keluarga, yang akhirnya akan menentukan ketahanan pangan dan gizi secara nasional,” imbuhnya

Wakil Rektor 3 UMY Suryo Pratolo, juga menyampaikan bahwa permasalahan ketahanan pangan tidak bisa lepas dari ketahanan ekonomi keluarga yang merupakan pondasi bagi terwujudnya ketahanan pangan nasional.

“Kami dari universitas mencatat bahwa masalah ekonomi keluarga harus menjadi prioritas kita semua. Ketahanan pangan keluarga akan tercipta jika ekonomi keluarga meningkat, artinya pendapatan juga harus meningkat. naiknya pendapatan akan meningkatkan akses pangan terhadap rumah tangga,” tutur Suryo

Ketua PP ‘Aisyiyah, Latifah Iskandar menyampaikan bahwa hasil Muktamar Muhammadiyah di Makassar tahun 2015 mengamanatkan agar PP ‘Aisiyah juga fokus pada peningkatan kedaulatan pangan.

Menurut Latifah, ditengah berbagai permasalahan ketahanan pangan nasional yang dihadapi dewasa ini, diperlukan strategi guna terus mendorong dan menggerakkan segenap pemangku kepentingan dan masyarakat untuk melakukan berbagai upaya dalam mendukung pembangunan pertanian dan ketahanan pangan nasional.

“Ibu-ibu ‘Aisyiyah harus berkontribusi untuk mengimplementasikan kedaulatan pangan mulai dari keluarga karena semua berawal dari sini. Pejuang-pejuang ‘Aisyiyah diharapkan menjadi ujung tombak bagi peningkatan gizi keluarga,” ujar Latifah

Diakhir acara, Andriko mengajak ibu-ibu dan pemangku kepentingan melakukan 3 hal. Pertama tingkatkan kemandirian produksi pangan; Kedua kendalikan jumlah yang makan melalui keluarga berencana, dan Ketiga mari semua makan bijak, yaitu makan secukupnya. Lebih baik nambah dari pada tersisa dan dibuang.

“Habis acara ini ibu-ibu tidak boleh menyisakan makanan di ruangan, kalau sisa bawa pulang,” ajak Andriko.

Workshop ini dihadiri pengurus MEK dan PPA, perwakilan MEK wilayah, praktisi olahan pangan, BPOM, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, narasumber Universitas Gadjah Mada, (Prof Ali Agus) dan dari Praktisi Pemberdayaan Masyarakat (Ir. Heppy Trenggono, M.Com).

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER