MONITOR, Malang – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Simposium Nasional Penanaman Nilai Pancasila sebagai Wahana Pembangunan Watak Bangsa, berlangsung pada tanggal 12 s.d. 14 September 2019, di Kota Malang, Jawa Timur.
Simposium tersebut menghasilkan empat rumusan rekomendasi, yakni 1) Intensitas penanaman dan pemantapan nilai Pancasila sebagai wahana pembangunan watak bangsa perlu dilakukan di semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan; 2) Implementasi penanaman dan pemantapan nilai Pancasila dilakukan antara lain melalui peningkatan pemahaman, penghayatan, penciptaan suasana, pembiasaan, apresiasi dan keteladanan.
Selanjutnya, 3) Pemantapan mata pelajaran PPKn dilakukan melalui penguatan pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek nilai, sikap, dan perilaku, dan 4) Pendidikan dan pelatihan guru lebih menekankan pada pengembangan kiat-kiat dan praktik baik internalisasi nilai Pancasila pada semua mata pelajaran.
“Penanaman nilai Pancasila sebagai wahana pembangunan watak atau karakter bangsa adalah penting. Oleh karena itu, seluruh satuan pendidikan mempunyai tanggung jawab moral dalam penanaman nilai Pancasila sedini mungkin,” disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat menutup Simposium Nasional tersebut, di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (14/9/2019).
Mata pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), kata Mendikbud, belum memiliki dampak besar terhadap pembentukan karakter siswa. Hal ini disebabkan belum adanya implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila secara konkret di sekolah, melainkan hanya sebatas pengetahuan. “Oleh karena itu, dibutuhkan mata pelajaran yang memiliki posisi sebagai pemandu terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang ada di satuan pendidikan, termasuk pembelajaran yang ada di masyarakat maupun keluarga,” ujar Mendikbud.
Strategi pengajaran Pancasila, jelas Mendikbud, akan diarahkan untuk lebih banyak memberikan contoh mengenai penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Kemendikbud telah melatih sebanyak 1.028 guru pendidikan dasar dari 514 kabupaten/kota di Indonesia. Saya harap guru-guru itu bisa, metode pengajarannya dari sebelumnya berorientasi pada pengetahuan pada jenjang pendidikan dasar menjadi penerapan nilai Pancasila,” ujar Mendikbud.
Ditemui awak media usai acara penutupan, Mendikbud mengatakan bahwa akan melakukan pengkajian mendalam mengenai kemungkinan terjadinya pemisahan mata pelajaran Pancasila dengan Kewarganegaraan.
“Judul mata pelajaran kita sekarang itu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan ada di dalam Peraturan Pemerintah. Setelah kita evaluasi ketika materi Pancasila itu dijadikan satu dengan Kewarganegaraan maka kemudian pembobotan Pancasila itu lebih kepada pengetahuan. Padahal maksud dari mata pelajaran atau tema Pancasila bukan pengetahuan melainkan penanaman nilai. Ini sedang kita kaji lebih dalam lagi,” terang Mendikbud.
Pada kesempatan ini, Mendikbud juga menitipkan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan untuk memperhatikan penggunaan alat komunikasi untuk mengakses dunia maya.
“Guru juga harus berperan sebagai penjaga gawang, sebagai penyaring informasi mana yang harus dia pakai dan mana yang harus dijauhi. Jadi intinya di era digital ini, guru dituntut untuk terampil menggunakan teknologi informasi sebagai wahana pembelajaran, tetapi juga harus pandai betul memilih dan memilah konten-konten yang ada di dalam berbagai macam sumber informasi terutama yang berasal dari dunia maya,” pesan Mendikbud.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Supriano, menambahkan bahwa Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbud sudah menyiapkan 1.200 guru yang sudah diberikan Training of Trainers (ToT) yang diintegrasikan dengan kebijakan Kemendikbud di mana pelatihan ini akan berbasis zona.
“Nanti ini akan dimasukkan ke dalam penguatan kompetensi pembelajaran di semua bidang termasuk di sana ada Pancasila. Ke depannya akan kita atur bahwa semua mata pelajaran harus ada muatan Pancasila. Mulai dari yang sederhana saja dulu,misalnya gotong royong. Jadi langsung dipraktikkan bukan hanya pengetahuan,” jelas Supriano.
Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Malang (Purek IV UM), Ibrahim Bafadal, menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan Kemendikbud ini. Hal tersebut penting dilakukan, karena menurutnya, pada hakikat pendidikan adalah untuk menumbuhkembangkan watak, intelektualitas dan jasmani sehingga tidak ada pendidikan tanpa pembentukan watak di dalamnya.
“Terjadi pertengkaran antarsuku, perundungan antarsiswa, geng motor pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu dengan karakter anak-anak kita. Padahal karakter anak kita akan menentukan watak bangsa yang akan datang dan watak bangsa ini adalah kehidupan. Kalau anak-anak muda kita ini wataknya baik, secara proyektif maka masa depan bangsa kita akan baik. Tetap sebaliknya, apabila karakter anak-anak kita tidak bagus maka ke depan watak bangsa kita juga tidak baik sehingga ada kata-kata karakter adalah sebuah kehidupan,” pungkas Ibrahim.
Hadir dalam kesempatan ini Plt. Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Hariyono; Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Hudiyono; Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah, serta jajaran pejabat eselon 1 dan 2 di lingkungan Kemendikbud.