MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) sedang mengembangkan pertanian sistem organik. Pangan organik tidak hanya berorientasi pada produk untuk kesehatan, secara komersial memang memiliki nilai jual yang tinggi.
“Bahkan produk beras organik ada yang rutin diekspor ke luar negeri,” demikian kata Kepala Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Ugi Sugiharto saat mengunjungi salah satu kelompok tani (poktan) padi organik Sarinah di kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Jumat kemarin (30/8/2019).
Poktan Sarinah sudah cukup maju dari sisi sistem budidaya organik sampai pemasarannya. Ugi menuturkan, Kementan waktu itu membantu mendorong agar produk beras organik dari Sarinah ini bisa eksis ke luar negeri, sehingga banyak bantuan yang diberikan.
“Contohnya, ada bantuan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO, red) lengkap dengan ternak, kandang dan alat pencacahnya, kemudian ada traktor, combine harvester dan pompa air sebagai sarana pratanam maupun pasca panennya,” tuturnya.
Tak berhenti sampai disitu saja, sambung Ugi, Kementan juga pernah memberi color sorter untuk poktan Sarinah. Tujuannya ingin mendorong ekspor, sehingga hasilnya diharapkan meningkatkan persyaratkan mutu yang baik.
“Jadi ya kami bantu mereka dengan color sorter supaya bisa lolos untuk ekspor,” beber Ugi.
Senada dengan Ugi, Ketua Poktan Sarinah, Tuti mengatakan budidaya organik yang sudah ditekuni sejak lama semakin berkembang. Dari semula hanya luasan 13,7 ha tahun 2007, saat ini sudah ada 100 ha.
“Kalau dihitung sudah ada 40 ha yang mendapat sertifikat organik, sedangkan 60 ha sisanya sedang kita proses untuk mendapat sertifikasinya,” katanya.
Tuti menjelaskan jaminan mutu untuk produknya sudah banyak, mulai dari sertifikat organik nasional, internasional, ada juga sertifikat kemurnian varietas. Bahkan pihaknya sedang proses mendapatkan sertifikat halal.
“Ini sebagai bukti keseriusan kami mengembangkan padi organik ini. Tidak hanya dari sisi jaminan mutu, produksi padi pun meningkat,” jekasnya.
“Kalau biasanya dulu 5 ton per ha, sekarang sudah stabil di angka 7 sampai 8 ton per hektar. Kalau musim kemarau ya sekitar 7 ton per hektar saja,” tambah dia.
Kalau tentang pemasarannya, ungkap Tuti, produknya itu berupa beras merah organik dan beras putih organik. Bahkan pihaknya juga kerjasama dengan PT Nutrifood dan Superindo untuk memasok produk dari Sarinah ini.
“Keunggulan beras merah ini mempunyai antioksidan bisa awet muda dan juga kandungan glikemik rendah Jadi bisa dikonsumsi oleh yang punya penyakit diabetes,” ucapnya.
“Untuk rasanya pun juga lebih enak, dan yang pasti untuk lingkungan agro ekosistem dengan organik ini tentunya terjaga ekosistem lingkungan yang sehat karena tidak menggunakan bahan kimia sama sekali,” tandas Tuti.