MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian aktif mengajak pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri untuk memanfaatkan teknologi terkini.
Tujuannya agar dapat meningkatkan produktivitas dan mutunya secara lebih efisien sekaligus memperluas akses pasarnya terutama ke kancah internasional.
“Selama ini, sektor IKM telah berperan penting menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu (24/8).
Gati mengungkapkan, jumlah IKM nasional lebih dari 4,4 juta unit usaha atau mencapai 99% dari seluruh unit usaha industri di Tanah Air. “Sektor industri mikro, kecil, dan menengah sudah menyerap hingga 10,5 juta tenaga kerja atau berkontribusi 65% dari sektor industri secara keseluruhan,” tuturnya.
Oleh karena itu, seiring bergulirnya era ekonomi digital serta diterapkannya industri 4.0, Kemenperin fokus mendongkrak potensi IKM di dalam negeri melalui implementasi berbagai kebijakan dan kegiatan strategis.
Misalnya, menyelenggarakan acara e-Smart IKM 2019 dengan tema “IKM Go Digital” di sejumlah daerah.
“Pada Agustus ini, kami telah menggelar acaranya di Palembang. Peserta yang mengikuti sebanyak 500 orang, yang meliputi pelaku IKM dan masyarakat umum di wilayah Sumatera Selatan,” ujar Gati.
Pada kesempatan ini, dihadirkan para stakeholder, antara lain dari pihak marketplace, perbankan, financial technology, dan perusahaan Enterprise Resource Planning (ERP) untuk IKM.
“Kami juga kolaborasikan mereka dengan aplikasi Point of Sale (POS), aplikasi promosi digital, dan teknologi informasi yang akan memberikan edukasi melalui format digital yang dapat diakses melalui internet,” imbuhnya.
Kegiatan serupa ini telah dilaksanakan di Semarang, Makassar, Surabaya, Pontianak, Bogor, dan Denpasar. Selanjutnya, bakal digelar di Medan dan Banjarmasin.
Dirjen IKMA menegaskan, IKM di wilayah Sumsel memiliki potensi yang besar untuk semakin dipacu daya saingnya serta didorong pengembangannya melalui pemanfaatan teknologi digital.
Hingga tahun 2018, jumlah IKM di Bumi Sriwijaya tercatat sebanyak 65.682 unit usaha dengan total penyerapan tenaga kerja mencapai 216.824 orang.
“Sumsel memiliki sumber daya yang luar biasa untuk pengembangan sektor IKM. Hal ini dapat dilihat dari unsur kreativitas pada industri kerajinan dan sandang seperti produk kain songket,” sebutnya.
Produk unggulan lainnya, yakni kerajinan kayu, rotan, anyaman, keramik, jumputan serta makanan khasnya seperti pempek, pindang, dan kerupuk ikan.
Gati optimistis, apabila pelaku IKM nasional diberikan pembelajaran mengenai mengenai teknologi digital, akan mendorong mereka lebih produktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif.
“Kita ketahui, digital economy ini model bisnis banyak yang dijalankan dengan basis teknologi informasi dan komunikasi,” terangnya.
Upaya strategis tersebut juga sebagai bagian dari pelaksanaan langkah-langkah prioritas yang tertuang di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Pemanfaatan teknologi digital ini untuk memacu IKM nasional bisa berperan di era industri 4.0, seperti terlibat di dalam e-commerce yang diimplementasikan dalam program e-Smart IKM,” paparnya.
Kemenperin menargetkan sebanyak 10 ribu pelaku IKM dari berbagai sektor dapat masuk ke pasar online melalui program e-Smart IKM selama periode tahun 2017-2019.
Mereka terdiri atas sektor industri makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik, serta industri kreatif.
“Hingga saat ini, animo peserta cukup tinggi, dengan jumlah peserta yang mengikuti workshop e-Smart IKM telah mencapai sekitar 9.000 pelaku usaha,” ungkap Gati.
Total nilai transaksi e-commerce dari seluruh IKM tersebut, tercatat mencapai Rp2,3 miliar. Dari jumlah ini, sebanyak 31,87 persen atau sekitar Rp755 juta berasal dari sektor industri makanan dan minuman.
Program e-Smart IKM yang diinisiasi Kemenperin sejak dua tahun lalu itu sudah mejalin kerja sama dengan para pelaku e-commerce di Indonesia, seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia.
“Jadi, kami mendorong pelaku IKM nasional mampu menembus pasar ekspor di tengah era digital atau maraknya perdagangan elektronik (e-commerce),” terangnya.
Menurut Gati, transformasi digital dari proses jual beli konvensional menjadi jual beli online yang semakin marak di Indonesia, menjadikan e-commerce sebagai tantangan sekaligus menjanjikan potensi yang besar pula.
“Kami berharap e-commerce akan menjadi gerbang bagi pelaku IKM untuk melakukan transformasi digital dengan menggunakan alat promosi digital, sistem informasi digital, pembayaran digital, serta manajemen relasi dengan pelanggan secara digital,” paparnya.
Melihat kenyataan tersebut, peningkatan kemampuan infrastruktur telekomunikasi, internet, dan data adalah sebuah keharusan. Apalagi, Indonesia mempunyai potensi yang besar seiring dengan semakin berkembangnya penggunaan internet pada masyarakat.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sepanjang tahun 2017, pengguna internet di Indonesia mencapai 171,17 juta jiwa atau setara dengan 64, 8 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 264 juta orang.
Capaian tahun lalu naik 10,12% dibandingkan tahun 2017 yang berada di kisaran 143,26 juta jiwa.
“Penetrasi penggunaan internet itu diharapkan juga dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif yang mendorong efisiensi dan perluasan akses pasar seperti jual beli online,” ujar Gati.
Kemudian, didukung pula dengan pengguna aktif smartphone di Indonesia yang terus tumbuh, dari 38,3 juta orang di tahun 2014 menjadi 103 juta orang pada 2018.
“Oleh karena itu, upaya memacu kemampuan SDM industri yang kompeten menjadi sangat penting karena mendukung peningkatan nilai tambah, industrialisasi, dan membuka kesempatan kerja,” ujarnya.
Gati meyakini, revolusi industri 4.0 memberikan peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur Indonesia dan menjadi salah satu cara mempercepat pencapaian visi Indonesia menjadi 10 ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030.