MONITOR, Lampung – Manfaat kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dikembangkan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan)mulai sangat dirasakan masyarakat. Salah satunya yang dikembangkan di Kota Metro Pusat Provinsi Lampung oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kamboja III di Kecamatan Yosowulyo.
“Keberadaan KRPL untuk mendukung ketahanan pangan wilayah perkotaan semakin nyata,” ujar Kepala BKP Agung Hendriadi, dalam kunjungan kerjanya, Rabu (14/08/2019).
Menurut Agung, KRPL di perkotaan yang mengembangkan urban farming, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga melalui penyediaan anekaragam sayuran dan buah.
Pemanfaatan lahan pekarangan di Kota Metro berhasil mendukung ketahanan pangan keluarga perkotaan. “Sejak 2015, Kota Metro memiliki lebih 25 kelompok KRPL, dan telah dirasakan manfaatnya” papar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Metro, Hery Wiranto.
Sayuran yang dikembangkan adalah Sawi Hijau, Daun Bawang, Kangkung, Bayam, dan lainnya.
“Hasil panen selain untuk dikonsumsi, juga dijual anggota kelompok ke Pasar Metro sebagai tambahan penghasilan,” tambah Hery
Saat kemarau di Lampung seperti sekarang ini, telah memberi dampak turunnya harga sayuran. Untuk itu, agar usaha yang dikembangkan mempunyai manfaat ekonomi, pemilihan komoditas sangat penting. “Musim kemarau ini satu ikat sawi hijau yang dijual ke Pasar Metro hanya dihargai 400 rupiah,” ujar Ketua KWT Kamboja III….
Merespon hal tersebut, Agung menyarankan agar
menanam tanaman bernilai ekonomis tinggi dengan jenis beranekaragam seperti daun bawang dan kucai.
Agung juga berpesan, agar semua anggota menanam cabai minimal 10 pohon, sehingga bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga.
“Untuk membantu mengatasi pasokan air akibat musim kemarau, kami akan membantu penyediaan pompa air,” lanjut Agung
Sementara itu, Tri Agustin Satriani, Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, menekankan kegiatan KRPL perlu didukung semua pihak.
“Agar tetap berjalan dengan baik dan berkelanjutann, perlu peran aktif pendamping, kebun bibit terus menerus berproduksi untuk suplai minimum 75-100 jenis per anggota,” ujar Tri Agustin.
Selain itu, menurut Tri, partisipasi anggota kelompok, kelembagaan yang kuat, serta infrastuktur yang memadai juga sangat mendukung keberlanjutan KRPL, yang mulai 2019 ini bertransformasi menjadi Obor Pangan Lestari (OPAL).
“Koordinasi dengan BPTP oleh pendamping perlu dilakukan, sehingga jika ada permasalahan dalam pemeliharaan tanaman bisa segera diatasi,” ujar Tri Agustin.
Tri Agustin berpesan, KRPL harus tetap dikembangkan meskipun sudah tidak memperoleh bantuan Pemerintah, karena bantuan sifatnya sebagai stimulan.
“Sesuai dengan namanya yaitu Kawasan Rumah Pangan Lestari, maka lestari berarti harus dijaga,”tutup Agung.