Kamis, 18 April, 2024

Mitigasi Kemarau, Kementan Optimis Kejar Target Produksi Pangan 2019

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus berupaya mengurangi dampak (mitigasi) kemarau guna mengejar target produksi pangan 2019 di Jawa Barat dan Banten.

Oleh karena itu, Selasa kemarin (6/8/2019), menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama penanggungjawab Program Upaya Khusus (Upsus) kabupaten di Jawa Barat dan Banten.

Rakor tersebut dipimpin langsung Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi. Hadir Aster Kasdam III Kodam Siliwangi, Kolonel Arh G.T.H. Hasto Respatyo, Kepala Badan Karantina, Ali Jamil, Kepala BPSDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jabar, Hendi Jatnika, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dandim se Jawa Barat dan kepala dinas pertanian kabupaten/kota.

Dirjen Tanaman Pangan Suwandi mengapresiasi surplus luas tanam padi bulan Oktober-Juli 2018/2019 ini dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, ia meminta kepala dinas dan pihak terkait agar dapat dihitung produksi tahun 2019 mengingat sisa waktu hanya dua bulan lagi.

- Advertisement -

“Bulan Agustus dan September ini kita harus pacu luas tambah tanamnya agar bisa dihitung panen di bulan November dan Desember tahun ini,” ujarnya.

Suwandi optimis luas tambah tanam dapat ditingkatkan sebab saat ini sudah ada 8 Kabupaten di Pantura yang sedang percepatan tanam padi gogo seluas 56 ribu hektar. Sedangkan untuk diluar 8 kabupaten tersebut agar cari lahan yang bisa ditanami bulan Agustus dan September ini yang tanahnya sudah macak-macak.

“Ini tantangan kita bersama bagaimana kita ubah kebiasaan mereka di MT III lahan dibiarkan kosong menjadi dimanfaatkan untuk tanam padi gogo,” bebernya.

Suwandi menambahkan luas tambah tanam juga dapat ditingkatkan juga dengan memanfaatkan potensi galengan. Yakni dimanfaatkan dengan menanam kedelai di pematang, sehingga swasembada kedelai pun bisa dicapai.

“Kita harus berkomitmen bersama untuk swasembada kedelai. Tahun ini ada program Ditjen Tanaman Pangan untuk kedelai seluas 1 juta hektar. Mari kita optimalkan setidaknya tingkatkan produktivitas sesuai riset Litbang sampai mencapai 3,5 ton per hektar,” terangnya.

“Bahkan di Bantul bisa mencapai 5,4 ton per hektar dengan varietas Anjasmoro. Tugas kita nantinya merumuskan tata niaga hilirisasi kedelai yang menguntungkan bagi petani,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Suwandi meminta bagi kabupaten yang target tanamnya masih minus agar dicek kembali updating pendataannya. Penanggung jawab Upsus agar aktif mencari sumber masalahnya.

“Terakhir ambil langkah solusi untuk menutup kekurangan target dengan tanam padi gogo bulan Agustus September ini,” tandasnya.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jabar, Hendi Jatnika menegaskan meskipun saat ini musim kemarau ternyata secara kumulatif tidak mempengaruhi produksi padi di Jabar. Terbukti luas tanam padi Oktober-Juli 2018/2019 seluas 1,89 juta ha naik sekitar 32.000 ha dibandingkan Oktober-Juli 2017/2018. Begitu pula di Banten luas tanam padi Oktober-Juli 2018/2019 seluas 415.878 ha naik sekitar 1.687 ha dibandingkan Oktober-Juli 2017/2018 sebesar 417.535 ha.

“Upaya penambahan luas tanam terus didorong terutama di lahan yang masih ada sumber airnya,” tegasnya.

Hendi optimis percepatan luas tambah tanam guna memenuhi target produksi 2019 dapat dicapai. Pasalnya Kementan telah menurunkan tim Program Upsus di 8 Kabupaten wilayah Pantura, yakni Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Indramayu, Cirebon, Kuningan dan Majalengka.

“Wilayah Jawa Barat masih banyak areal panennya. Bahkan periode Agustus ini panen akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Jadi mudah-mudahan kemarau ini tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi,” ucapnya.

“Prioritasnya, kami akan mempertahankan standing crop yang saat ini ada sekitar 450 ribu ha. Pompanisasi juga kami genjot agar mampu meningkatkan kapasitas pengairan,” tambah Hendi.

Di tempat yang sama, perwakilan dari Perum Jasa Tirta II Antonius Aris menegaskan pihaknya siap membantu sesuai hasil koordinasi bersama.

“Hanya saja perlu kita review kembali penggunaan dan pembagian air jangan berlebih dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di setiap wilayahnya,” katanya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER