MONITOR, Ternate – Budidaya organik perkotaan menjadi harapan baru bagi petani hortikultura di Kota Ternate. Dengan sumber daya alam berlimpah, petani Kota Ternate semakin bersemangat melestarikan lingkungan dengan budidaya organik perkotaan.
Materi abu vulkanik Gunung Gamalama membawa keberkahan luar biasa bagi petani di Kota Ternate. Gunung ini tercatat lebih dari 60 kali meletus dan terakhir terjadi pada Oktober 2018 lalu. Saat meletus, gunung api berketinggian 1.715 mdpl tersebut menyemburkan materi dan abu vulkanik yang bermanfaat bagi budidaya organik.
Ketua Kelompok Tani Bina Karya, Rahmat Toniku, asal Kelurahan Takome, Ternate Barat, telah menanam kebun miliknya dengan aneka kubis, terong, selada, cabe dan sayuran daun lainnya secara organik selama dua tahun lebih.
Berbekal ilmu mengelola pupuk kandang, Rahmat mengelola pupuk kandang menjadi kompos di sebuah bangunan sederhana. Pupuk kandang atau kompos yang dihasilkan cukup untuk mengelola hasil kebun seluas 5000 m2 yang diusahakan bersama sang istri. Kebun milik kelompok tani seluas 4,5 hektare pun dikelola secara organik.
“Dengan pengaturan tanam yang tepat, anggota kelompok tani secara rutin memasarkan hasil kebun organiknya ke Pasar Kota Ternate 2 – 3 kali dalam seminggu. Dalam seminggu, kami memperoleh penghasilan Rp 2 – 2,5 juta,” ujar Rahmat.
Dirinya sangat bersyukur mendapat dukungan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) sekaligus bimbingan teknis dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dilakukan para petugas POPT.
“Saya bersama anggota lainnya bertekat akan terus mengembangkan budidaya organik. Saya bersama teman-teman juga mengajak kelompok lainnya untuk turut melestarikan alam melalui budidaya organik. Terbukti kami dapat mengembangkan kebun tanpa mengeksplotasi sumber daya alam sekitarnya,” ujar Rahmat di hadapan rombongan Ditjen Hortikultura dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Maluku Utara beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Kasubdit Data dan Kelembagaan Direktorat Perlindungan Hortikultura, Kurnia Nur menyampaikan, bahwa saat ini Ditjen Hortikultura sedang menggalakkan promosi dan sosialisasi pengembangan Desa Pertanian Organik di seluruh wilayah.
“Kami sedang gencar menggalakkan promosi dan sosialisasi pengembangan Desa Pertanian Organik (DPO) sebagai upaya mengemban misi pertanian ramah lingkungan sekaligus mendukung pelestarian alam. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mendistribusikan informasi teknis terkait Pengendalian OPT ramah lingkungan,” ujar Kurnia.
Dalam kesempatan itu pula, Kepala BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Maluku Utara, Nurjannah selaku penyelenggara pengendalian OPT di wilayah Maluku Utara menyatakan dukungannya.
“Kami mendukung program pertanian organik dengan terus mengoptimalkan bimbingan teknis oleh POPT yang sangat terbatas jumlahnya. Para petugas POPT Ternate Barat dan Ternate Selatan menyatakan kesiapannya dalam hal ini,” tutur Nurjannah.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Perlindungan Hortikultura Sriwijayanti Yusuf, menyampaikan dukungan dan motivasinya kepada Kepala BPTPH di seluruh Indonesia agar terus berupaya meningkatkan bimbingan teknis kepada para petani.
“Kami menghimbau kepada para Kepala BPTPH di seluruh Indonesia agar terus memberikan bimbingan teknis dalam pengembangan pertanian ramah lingkungan tak terkecuali pengembangan hortikultura organik. Saya optimis suatu saat pertanian konvensional akan beralih ke pertanian ramah lingkungan dan pertanian organik, mengingat besarnya permintaan produk pertanian yang sehat,” jelas direktur yang akrab dipanggil Yanti ini.