MONITOR, Jakarta – Meski Indonesia sudah terbebas dari jerat krisis ekonomi pada 1970 dan 1997, bukan berarti pemerintah untuk berhenti berinovasi dalam menjaga dan meningkatkan perekonomian nasional.
Hal itu disampaikan Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI Boediono, di Jakarta, Senin (15/7).
“Jangan terninabobokan oleh keadaan. Kita harus terus mencoba untuk melangkah lebih maju lagi secara fundamental,” kata dia.
“Perlu adanya pemikiran ke depan. Jangan menunggu ada krisis, baru sibuk cari solusi,” lanjutnya.
Ia menceritakan, jika Indonesia pernah berjaya ketika harga komoditas melonjak tinggi. Namun, adanya perkembangan zaman terjadi guncangan pada perekonomian global yang berimbas anjloknya harga komoditas.
Hal itu jelas memukul sumber penerimaan negara yang selama ini dikumpulkan oleh pajak. “Saat itu, pemerintah berhasil mengumpulkan penerimaan dari sektor non Migas. Salah satunya berkat kebijakan pemerintah mereformasi sektor perpajakan,” paparnya.
Setelah itu, ekonomi Indonesia kembali dilanda krisis pada 1997. Menurut dia, krisisnya lebih parah dibandingkan penurunan harga komoditas.
Di mana, terjadi produk domestik bruto (PDB) yang mengalami penurunan hingga 16%, tingkat pengangguran tinggi, dan harga pangan melonjak tinggi.
“Ini jadi pelajaran kedua. kalau ada krisis, tanganilah sebaik mungkin dan sedini mungkin dengan preventive action dan menghitung dampak, kalau opsi ini ada, maka opsi mana paling riskan,” pungkasnya.