MONITOR, Jakarta – Sekretaris Jenderal DPD RI Reydonnyzar Moenek menilai bahwa kehadiran Restoran Garuda akan semakin menyemarakkan dunia kuliner dan membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi putera putri daerah, khususnya Minangkabau.
Hal itu disampaikannya dalam keterangan tertulis saat menghadiri syukuran pembukaan Restoran Garuda Cabang ke XIX – Cikini Raya, yang bertempat di Jalan Cikini Raya No. 26 (Depan TIM) Jakarta Pusat, Rabu (10/7).
Reydonnyzar yang akrab disapa Donny itu pun mengapresiasi atas dibukanya sejumlah Restoran Garuda Cabang ke XIX. Hadirnya Restoran Garuda Cabang ke XIX – Cikini Raya merupakan wujud nyata dari pengembangan wirausaha dalam menggapai peluang bisnis.
“Kehadiran Restoran Garuda juga semakin menyemarakkan dunia kuliner, khususnya kuliner minang dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi putera puteri daerah,” kata mantan penjabat gubernur Sumatera Barat tersebut.
Masih dikatakannya, kehadiran Restoran Garuda ini pun diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan asli daerah melalui pajak restoran.
“Bisnis kuliner tidak ada habisnya, akan selalu ada pengunjungnya meskipun banyak usaha lain di bidang kuliner. Yang terpenting adalah meningkatkan kualitas cita rasa masakan serta membangun jaringan yang lebih luas agar usaha dimaksud mampu bertahan” pungkas mantan Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri tersebut.
Seperti diketahui, sejarah berdirinya Rumah Makan Garuda sejak tahun 1976 diawali dengan niat pendirinya, alm. H. Bakhtar, untuk banting setir dari pedagang kain menjadi juragan bisnis kuliner. Kini, di bawah pengelolaan generasi kedua RM Garuda memiliki 19 outlet, 16 outlet di kota-kota besar Indonesia dan tiga outlet di Singapura. Zulhelfi, SE, yang mengambil operasional RM Garuda sejak sang pendiri meninggal pada 199.
RM dan Buffet Garuda didirikan sejak tahun 1976 oleh alm. H. Bakhtar. Cikal bakal pendirian berawal dari niat Bakhtar untuk banting setir dari kegiatan sehari-harinya yang berjualan kain di Pasar Perniagaan.
Menyadari kondisi perdagangan kain yang semakin menurun, maka Bakhtar memberanikan diri untuk mempelajari bentuk bisnis yang lain. Sebelum menjalankan bisnis rumah makan, pendiri melakukan perjalanan ke Palembang untuk berguru kepada adiknya yang telah menjalankan bisnis rumah makan.
Sekembalinya dari sana, Bakhtar mulai menjalankan bisnis rumah makan pertamanya di Jalan Pemuda. Saat itu, bangunan yang digunakan masih bangunan sewa dan sang istri, Yulinar juga ikut membantu di dapur untuk memberi pengarahan menu kepada juru masak.
Konsentrasi ke masakan Minang karena latar belakang Bakhtar yang berasal dari Padang. Untuk menambah permodalan, di awal usahanya Bakhtar melakukan join dengan adiknya. Namun di tengah jalan, terjadi pemisahan di tahun 1990 dan berdiri sendiri hingga saat itu. Sejak Bakhtar meninggal di tahun 1995, saya mengambil alih seluruh operasional RM Garuda.
Kunci suksesnya adalah pelanggan pulang dengan puas. Kunci ini telah diterapkan sejak awal berdiri. Sehingga tidak ada keraguan untuk selalu mempertahankan kualitas masakan sehingga harus rela masak berkali-kali dalam sehari.
MONITOR, Bekasi - PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) menggelar kegiatan Doa Bersama dan Santunan Anak…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakinkan otoritas Amerika Serikat terkait mutu dan…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan menyoroti kasus penangkapan Gubernur Bengkulu…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024…
MONITOR, Jakarta - Koperasi sebagai tonggak pemberdayaan masyarakat, telah membuktikan bahwa ekonomi yang kuat dapat…
MONITOR, Banten - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto mengaku kaget…