Ketua PP 'Aisyiyah Prof. Masyitoh Chusnan saat memberikan pengkajian Ramadhan di ITB Ahmad Dahlan
MONITOR, Jakarta – Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Prof. Masyitoh Chusnan mengatakan, ibu adalah madrasatul ula atau sekolah pertama, sehingga peran ibu atau perempuan adalah mampu melahirkan pemimpin bangsa sekaligus murabbi dan muaddib bagi putra dan putrinya.
Akan tetapi di masa kini, kata Masyitoh, ada pergeseran zaman sehingga institusi keluarga sulit mempertahankan posisinya sebagai tempat awal menyemai nilai-nilai moral dan perjuangan.
“Tantangan tersebut muncul akibat dari serbuan teknologi informasi dan media masa. Modernitas tidak mau ketinggalan, modernitas melalui pranata sosial yang dibawahnya menguras tanggung jawab dan peran penting keluarga,” ujar Masyitoh di Kampus Intitute Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD) Jakarta, Selasa (14/5).
Masyitoh merumuskan, setidaknya ada tujuh problematika yang dihadapi oleh perempuan dan anak. Diantaranya adalah permasalahan pendidikan, keluarga, kesehatan, ekonomi dan kemiskinan, budaya dan mentalitas, hukum dan politik, serta tantangan industri 4.0 yang saat ini sedang dihadapi negara-negara berkembang.
“Sebenarnya, ‘Aisyiyah dalam pengentasan permasalah perempuan dan anak lebih dahulu memiliki kesadaran dari pada PBB yang meluncurkan program Sustanable Development Goal’s (SDGs),” terangnya.
Kemudian jika merujuk pada hasil Tanwir Muhammadiyah Bengkulu, Masyitoh menjelaskan bahwa ‘Aisyiyah dalam transformasi nilai-nilai risalah pencerahan untuk perempuan berkemajuan adalah dengan melakukan pengembangan gerakan keilmuan.
“Keilmuan merupakan budaya yang sudah mengakar di Muhammadiyah. Tradisi keilmuan digalakkan sebagai upaya pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan kehidupan yang lebih unggul,” jelasnya.
Transformasi selanjutnya adalah penguatan keluarga sakinah sebagai basis pembinaan ketaqwaan. Mulai dari mengokohkan akhlak, mentalitas, dan penguatan karakter. Yang dari rumusan ini akan bergulir sampai pada penguatan bangsa dan internalisasi nilai-nilai moral bangsa berbasis agama.
Selanjutnya reaktualisasi usaha praksis, atau dalam bentuk konkritnya adalah terwujudnya kegiatan-kegiatan pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan perempuan, kesadaran hukum, pendidikan kewarganegaraan, dan penguatan jama’ah di basis akar rumut.
“Reaktualisasi ini, menjadikan ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang mampu mengelola sumber dayanya secara pribadi dalam bentuk amal usaha. Baik di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial,” pungkas Masyitoh.
MONITOR, Majalengka - Presiden Prabowo Subianto menghadiri panen raya bersama petani di Desa Randegan Wetan,…
MONITOR, Jakarta - Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung kembali mencatatkan prestasi internasional.…
MONITOR, Makassar - Kepala Staf Komando Operasi Udara II Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah, S.Sos.,…
MONITOR, Bekasi - Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka bersama Wakil Menteri Badan Usaha…
MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mencatat sebanyak 1.454.010 kendaraan kembali ke wilayah…
MONITOR, Majalengka - Kementerian Pertanian bersama Kabinet Merah Putih menggelar Panen Raya Padi Serentak di…