MONITOR, Jakarta – Sekjen Pemuda Bravo 5, Ferry Indrianto menilai kehadiran Prabowo dalam panggung politik nasional pasca 1998 telah membawa cerita kelam Demokrasi yang sedang menuju pendewasaan setelah 20 tahun reformasi.
“Setelah kalah dalam dua putaran Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yaitu sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Megawati pada Pilpres 2009 dan Calon Presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa tahun 2014, Pada Pilpres 2014 Tim Pemenangan Prabowo Melalui Tabloid Obor Rakyat mengusik kita dengan isu Jokowi keturunan PKI, namun isu itu tidak berhasil memenangkan Prabowo,” kata Ferry melalui keterangan tertulis yang diterima MONITOR, Senin (8/4/2019).
Menurut Ferry, mesin politik identitas ini dikenalkan pada saat Prabowo berambisi ingin menguasai Jakarta setelah kadernya sendiri Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membelot dari partai gerindra (saat ini kader PDIP).
“Mesin-mesin Propaganda Identitas mulai dihidupkan dengan memberi stigma bahwa Ahok adalah seorang “Kafir dan Penista Agama” yang tidak layak menjadi Gubernur Jakarta setelah di tinggal Jokowi menjadi Presiden sejak 2014,” tambahnya.
Lebih lajut Ferry menjelaskan bahwa pada Pilpres 2019, Politik identitas yang dianggap ampuh mengalahkan Ahok pada Pilkada Jakarta kini kembali di gunakan Prabowo dan Timnya. “Prabowo menggunakan Ormas Keagamaan Garis Keras untuk menyuburkan Politik Identitas tersebut,” ungkap Ferry.
“Isu-isu Identitas dikemas secara apik dengan bungkusan momentum keagamaan dan terus direproduksi melalui doktrin-doktrin bahwa lawan Jokowi di dukung oleh kelompok dan Partai Pro kafir dan penista agama,” tandasnya.
Prabowo terang Ferry telah membawa Indonesia diambang Perpecahan atas nama identitas, hal ini terlihat dalam dinamika yang terbangun selama kampanye Pilpres 2019 yang saat ini masih berlangsung.
“Karenanya Prabowo tidak layak dipilih, dia telah menebarkan benih ancaman terhadap Persatuan Bangsa dan ini sangat berbahaya sekali,” pungkasnya.