MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian kembali menggelar Operasi Pasar di Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar di Jakarta dan Surabaya, Jumat (5/4). Menggandeng sejumlah eksportir bawang merah, Kementan menggelontorkan 38 ton lebih bawang merah.
Pada Operasi Pasar di Pasar Kramat Jati, Kepala Sub Direktorat Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan, Wiwi Sutiwi menjelaskan tujuan Operasi Pasar ini untuk menstabilkan harga bawang merah dan bawang putih di pasaran cukup tinggi. Yakni harga bawang putih Rp 32 ribu sampai Rp 35 ribu per kg dan bawang merah Rp 40 ribu per kg.
“Di Operasi Pasar hari ini, bawang merah dijual Rp 20 ribu per kilogram dan bawang putih harga Rp 18 ribu per kilogram. Jadi harga kami pastikan segera stabil,” ujar Wiwi.
Wiwi menjelaskan kenaikan harga dua komoditas tersebut saat ini karena musim tanam yang mundur akibat musim hujan. Namun demikian, stok bawang merah bulan April ini aman bahkan melebihi kebutuhan karena petani melangsungkan panen raya yang mencapai 9 ribu hektar lebih dengan potensi produksi 90 ribu ton.
“Karena itu, Kementan memastikan tanaman bawang merah masih sangat luas, bahkan bahkan sebagian sudah siap panen,” jelasnya.
“Selain dipasok dari Brebes, daerah yang panen bulan April ini seperti Probolinggo, Bandung, Garut, Sukabumi, Bima, Sumbawa, Kendal, Demak, Majalengka, Cirebon bahkan Nganjuk dan Solok. Jadi tidak ada alasan nantinya harga naik, kami pastikan stabil,” pinta Wiwi.
Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura, Kementan, Yasid Taufik menyebutkan bahwa kegiatan operasi pasar merupakan respons spontanitas kepedulian pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok khususnya bawang merah.
“Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman langsung menginstruksikan agar jajaran Kementan bergerak cepat menyikapi harga bawang merah beberapa hari terakhir. Salah satu langkah konkrit yang kami lakukan adalah operasi pasar. Ini ikhtiar membantu mempercepat stabilisasi harga bawang merah supaya normal kembali,” sebutnya.
Menurut Yasid, pasokan bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati sebenarnya sudah kembali normal. Tingginya harga di tingkat retail, lebih disebabkan karena pedagang eceran masih menjual bawang merah stok lama. Pedagang eceran belinya juga sudah tinggi, jadi wajar kalau mereka habiskan stok dengan harga yang tinggi juga.
“Namun ini tidak akan lama karena harga di pasar induk sudah mulai turun. Pasokan aman terkendali karena masuk 30an truk bawang merah dari normalnya cukup 25 truk sehari. Harga sudah mulai turun seribu hingga dua ribu, apalagi dibantu sama Operasi Pasar sekarang, tentu akan makin turun lagi,” katanya.
Yasid menambahkan, Operasi Pasar akan diadakan secara rutin sampai harga stabil. Dengan harga Operasi Pasar, para mitra dan eksportir masih bisa untung karena mereka tidak hanya mengandalkan pasokan dari satu tempat saja.
Dalam situasi seperti sekarang, Yasid menghimbau pedagang jangan coba coba menimbun bawang merah maupun bawang putih. “Kami sudah bekerja sama dengan satgas pangan untuk amankan pasokan,” tandasnya.
Direktur PT. Revi Makmur Sentosa Brebes, Beni Santoso mengaku tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Operasi Pasar yang diinisiasi Kementerian Pertanian. Saat ini bukannya tidak ada barang, tapi memang ada pengurangan stok di Brebes akibat panen sedikit mundur.
“Tapi pasokan bawang merah masih bisa ambil dari Madura, Bima, Probolinggo, Demak dan Kendal. Stok di gudang kami keluarin untuk bantu OP ini. Mudah-mudahan membantu masyarakat,” terang Beni.
Senada dengan Beni, Direktur Bawang Mas 99 Surabaya, Herry Thio, menyambut baik ajakan Kementan untuk menggelar Operasi Pasar Bawang Merah dengan harga lebih murah. Pihaknya setiap tahun rutin mengekspor bawang merah.
“Saat harga seperti sekarang, kami ingin berpartisipasi membantu stabilkan harga. Kami libatkan mitra usaha lain untuk mendukung Operasi Pasar ini,” ujar Herry.
Direktur Sayuran Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab disela kunjungan kerjanya di Indramayu memegaskan berkurangnya pasokan bawang merah saat ini lebih disebabkan waktu panen mundur beberapa minggu di sentra terbesar Brebes. Petani bawang merah terkenal tangguh dan semangat tanam meski harga sempat anjlok.
“Mereka juga bukan petani musiman, namun tetap nanam apapun kondisinya. Tangguh sekali mereka,” ujar Ismail.
Saat penanaman di Brebes berkurang, jelas Ismail, penanaman di daerah penyangga meluas ke Demak, Kendal, Pemalang, Tegal dan Cirebon. Pertengahan April ini, petani Kabupaten Kendal siap panen 350 hektar, Demak 1.600 hektar belum lagi di Brebes dan sentra lainnya.
“Seiring pasokan yang makin banyak, harga mestinya ikut tergerek stabil,” katanya.
Menurut Ismail, sebagai komoditas non substitusi, kenaikan harga bahan bawang merah cukup meresahkan masyarakat dan menurunkan daya beli. Apalagi disparitas harga di tingkat petani dan pedagang cukup tinggi.
“Untuk itu, pemerintah berperan di sini agar tidak ada yang berani berspekulasi. Kami bantu dengan OP bawang merah, baik untuk konsumsi di Pasar Jakarta dan Surabaya maupun untuk benih di Indramayu. Harga benihnya hanya 23 ribu per kilogram,” tutup Ismail.
Merujuk data Ditjen Hortikultura, luas tanam bawang merah pada April 2019 sebesar 9.265 hektare dengan luas panen sebesar 9.418 hektare. Dapat diperkirakan stok April 90.414 ton. Sementara luas panen Mei 9.418 hektare dengan perkiraan stok pada Mei sebesar 94.214 ton.