PERTANIAN

Tanam Bawang Putih Lokal, Importir Bisa Ciptakan Peluang Bisnis Baru

MONITOR, Banyuwangi – Sebelum sampai di kawasan wisata Ijen, Anda akan menjumpai pemandangan elok hamparan tanaman bawang putih di Desa Licin Kecamatan Lijen Kabupaten Banyuwangi. Sejauh mata memandang, tanaman bawang putih tumbuh menghijau dan menghampar dalam satu blok kawasan yang luas. Setidaknya 125 hektare bawang putih tertanam di lahan milik PT Perkebunan Lidjen yang disewa salah satu importir bawang putih asal Surabaya. Penanaman tersebut merupakan komitmen realisasi wajib tanam sebagai syarat penerbitan rekomendasi impor bawang putih yang diajukannya.

Setiap hari, setidaknya 1.000 orang pekerja yang berasal dari penduduk sekitar, menggantungkan penghasilannya dengan bekerja di lahan tersebut. Mulai dari menyiram, memupuk, menyiangi rumput hingga memilah hasil panen untuk diproses menjadi benih. Kawasan tersebut kini menjelma menjadi bagian urat nadi masyarakat sekitar Lijen.

Ferry, Direktur Utama importir saat dihubungi (22/3), menyebut penanaman bawang putih di Lijen telah dimulai sejak 2017 lalu. “Awalnya kami tanam semata-mata untuk mengejar syarat penerbitan rekomendasi impor. Namun seiring perjalanan waktu, kami mendapati fakta bahwa agribisnis bawang putih lokal sangat menguntungkan jika dikelola secara profesional, mulai dari budidayanya hingga prosesing menjadi benih.”

Ferry melanjutkan, “Jadi sekarang ini predikat kami makin bertambah, dari semula hanya sebagai _nett_ importir, sekarang nambah menjadi petani, penangkar dan penyedia benih.”

Perusahaan ini bahkan sudah kontrak dengan dinas untuk penyediaan benih kegiatan APBN. Selain menguntungkan, wajib tanam diakuinya menjadi kehormatan karena bisa bersinergi dengan pemerintah mewujudkan target swasembada bawang putih sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar.

Ferry tak bisa menyembunyikan kecewaaanya saat ada pihak-pihak menuding tidak ada importir yang tanam bawang putih. “Saya tidak tau apa motifnya, yang penting kami benar-benar telah menyelesaikan kewajiban tanam kami. Silahkan datang ke kebun sederhana kami kalau ingin menyaksikan langsung.”

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab, saat dikonfirmasi kembali menegaskan komitmennya meneruskan kebijakan wajib tanam bagi importir. “Kalau mau jujur, kebijakan ini sempat dianggap sepele dan dianggap temporal saja oleh banyak kalangan. Namun kita tetap serius mengawal program ini. Langkah persuasif hingga tindakan administratif bagi importir yang mangkir tanam telah kita lakukan. Sebaliknya bagi importir yang punya komitmen tanam, tentu sangat kita apresiasi.”

Menurutnya, lebih dari 100 importir telah membuka lahan bawang putih melalui skema kemitraan dengan kelompoktani maupun swakelola. Sejak akhir 2017 lalu, penanaman bawang putih oleh importir mencapai 5.934 hektare tersebar mulai dari Aceh Tengah, Karo, Solok, Kerinci, Cianjur, Majalengka, Brebes, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Tegal, Karanganyar, Pasuruan, Malang, Kota Batu, Probolinggo, Banyuwangi, Lombok Timur, NTT hingga Minahasa Selatan. Penanaan ini sangat berkontribusi terhadap naiknya angka statistik bawang putih di tahun 2018.

Ismail menganjurkan para importir untuk menangkap peluang bisnis dari bawang putih lokal dan tidak terpaku pada tanam saja. “Sebenarnya kalau mau, bisnis bawang putih lokal bisa menjadi tambahan pendapatan bagi importir. Untungnya bisa jadi berkali-kali lipat loh. Selain dapat untung dari impornya, juga dari hasil produksi bawang putihnya. Apalagi kalau dijadikan benih. Untung banget itu. Gak ada ruginya,” sambung pria kelahiran Sampang tersebut.

Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan yang ditemui saat verifikasi lapang Tim Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian, mengapresiasi adanya program wajib tanam ini karena memberi dampak positif bagi masyarakat Banyuwangi.

“Masuknya importir berarti investasi bagi kami, lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sekaligus menunjang program daerah. Kita bakal dukung selama mereka serius. Alhamdulillah, sampai saat ini tidak ada importir yang main-main disini” kata Arief.

Menurutnya, potensi lahan yang luas dan sesuai untuk pengembangan bawang putih di Banyuwangi semakin menarik minat importir untuk berinvestasi. “Saat ini sudah ada 3 perusahaan yang tanam. Tapi jangan salah, rata-rata luasannya lebih dari 50 hektar. Bahkan mereka berani nyewa lahan perkebunan.”

Recent Posts

Hapus Larangan Siaran Langsung Persidangan, DPR Dinilai Jamin Keterbukaan Informasi dan Transparansi

MONITOR, Jakarta - DPR RI dan Pemerintah sepakat menghapus ketentuan yang melarang publikasi siaran langsung…

26 menit yang lalu

Soroti Penyalahgunaan Mobil Dinas, DPR Dorong Polri Beri Sanksi Agar Jadi Pelajaran

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Martin Tumbelaka, menyesalkan insiden penyalahgunaan kendaraan dinas…

48 menit yang lalu

Pemerintah Belum Resmi Tetapkan Haji Jalur Laut, Tapi Peluang Terbuka

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa pemerintah belum menetapkan agenda resmi untuk…

2 jam yang lalu

DPR Ungkap Kebijakan Jam Sekolah Lebih Pagi Harus Dibarengi Pendekatan Psikososial

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina menanggapi kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov)…

4 jam yang lalu

Kemenperin dan PT IMIP Buka Kelas Beasiswa

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus menjalankan kebijakan hilirisasi industri karena berperan penting…

5 jam yang lalu

Kloter Terakhir Terbang dari Madinah, Ketua PPIH Bersyukur Fase Pemulangan Lancar

MONITOR, Madinah - Fase pemulangan jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang II dari Daerah…

5 jam yang lalu