Sabtu, 27 April, 2024

Pengelolaan Air dalam Optimasi Lahan Rawa di Sulsel

MONITOR, Wajo – Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan wilayah Sulawesi Selatan sebagai kawasan strategis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi). Setidaknya ada 5 Kabupaten yang saat ini sedang dan sudah digarap.

“Pertama ada di Kabupaten Siterap, Kabupaten Wajo yang mencakup beberapa kecamatan, Kemudian di Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng. Yang jelas, lahan di Sulsel Subur,” ujar Kurmen Sudarman, Peneliti dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Balitbang Bogor, Jawa Barat saat ditemui di Desa Attakae, Kecamatan Tempe, Rabu (6/3).

Kurmen mengatakan, ada tiga pilihan model yang bisa diterapkan pada Program Serasi di Sulsel. Pertama adalah model pengolahan air atau optimalisasi lahan rawa. Kemudian pengembangan lahan di sepanjang saluran palaguna untuk lahan kering atau lahan tadah hujan.

“Yang terakhir adalah model pengelolaan air di lahan pasang surut. Dari 3 model di 5 lokasi ini kita sudah survei desainya. Tapi soal biaya biar dinas setempat saja yang menjelaskan berapa anggarannya,” katanya.

- Advertisement -
Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan wilayah Sulawesi Selatan sebagai kawasan strategis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi).

Di Sulsel, kata Kurmen, total luasan lahan kurang lebih mencapai 19 ribu hektare. Luasan itu memiliki rincian 1.450 hektare berada di Desa Mojong, 1.460 hektare di Desa Lempangan, 15.500 di saluran Palaguna dan 418 hektare di Kabupaten Soppeng serta ribuan hektare lainnya di desa lain.

“Ini lahan yang kebanyakan sudah dikelola oleh petani. Nah, tugas kita adalah bagaimana menyediakan air di musim kemarau agar petani bisa tetap tanam walaupun kondisi kekeringan,” katanya.

Menurut Kurmen, potensi lahan di Sulsel masuk dalam kategori sangat baik, dimana, banyak saluran air yang membuat kondisi tanah menjadi mantap. Lebih dari itu, hasil penelitiannya menunjukan ada ribuan hektare lahan lain yang masih belum tersentuh.

Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan wilayah Sulawesi Selatan sebagai kawasan strategis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi).

“Jumlah tersebut masih bisa bertambah karena banyak yang belum tersentuh. Oleh karena itu, seperti pesan Pak Menteri bahwa yang namanya air itu jangan dibuang ke laut, tapi dibelokan dulu ke saluran pertanian supaya jadi protein dan karbohidrat. Nah di Sumsel semuanya sudah ada,” katanya.

Terkait hal ini, Kepala Balai Besar P2TP dan Plt Kepala Balai Besar Sumber Data Pertanian Haris Syahbuddin mengaku sudah melakukan Survei Investigasi Desain dan Detail Engenering Desain di sepanjang lahan yang sudah ditentukan sebagai bagian dari program Serasi.

“Dukungan litbang, dalam hal ini terhadap program serasi, kami melakukan pengawalan di lapangan dalam bentuk denpam, dimana didalam denpam ini ada kegiatan budidaya padi jagung dan tanaman lain, tetmasuk memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber-sumber air untuk pemeliharaan ikan,” katanya.

Haris menambahkan, keberlanjutan program serasi sejauh ini sudah dilakukan melalui upaya penguatan kelembagaan. Salah satunya dengan menambah pengetuahuan petani dan melakukan pendampingan di seluruh rawa.

“Balitbang juga akan melakukan bimbingan teknis kepada kawan-kawan gapoktan untuk bisa menerapkan teknologi inofasi termasuk pengelolaan kelembagaan, perbenihan, managemen air, pemupukan hayati dan organik,” katanya.

Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku optimis dengan semangat dan kerja keraa para petani pada penyelenggaraan program Serasi.

Menurut Amran, semangat mereka adalah cerminan dari perubahan negara sebagai lumbung pangan dunia. Nah, melalui program ini, ada keuntungan besar, yang jumlahnya bisa mencapai Rp 5 triliun. Apalagi jika sistem dan polanya di koorporasikan sesuai gagasan Presiden Joko Widodo.

“Kalau ini bisa dilakukan dan berhasil memproduksi. Itu nilainya mencapai 5 triliun karena di koorporasikan,” katanya.

Selain itu, kata Amran, program ini juga dinilai mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat, terlebih mengecilkan gini ratio. Bahkan, lebih dari itu mampu mengubah situasi dari urban ke kota menjadi arus balik dari ke desa.

“Sebab peralatan bertani sudah berubah menjadi modern. Nah, pemuda atau milenial akan kembali masuk desa. Makanya kalau mau kaya atau mau jadi konglomerat caranya ya bertani,” tukasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER