HEADLINE

Sekjen MDHW: Yang nyinyir ke Kiai Said coba dalami substansi pidatonya

MONITOR, Jakarta – Pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj terus menimbilkan kesalahpahaman dan polemik. Pernyataan yang disampaikan saat berpidato di hadapan massa acara Hari Lahir Muslimat NU ke-73 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (27/1) itu sendiri pada dasarnya ditujukan kepada internal NU yang diharapkan dapat berperan di segala bidang.

“Agar berperan di tengah-tengah masyarakat. Peran apa? Peran syuhudan diniyan, peran agama. Harus kita pegang. Imam Masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Pak Menteri Agama, harus dari NU. Kalau dipegang selain NU, salah semua,” ujar Kiai Said disambut tepuk tangan hadirin.

Berbagai pihak kemudian bereaksi atas pernyataan tersebut, termasuk yang terbaru dari Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haidar Nasir yang meminta warga persyarikatan bijak menyikapi pidato Kiai Said tersebut.

“Hendaknya pernyataan Kiai Aqil Siradj jangan jadi polemik di lingkungan umat Islam dan masyarakat, lebih-lebih di tahun politik. Semua pihak diharapkan bijak dan tidak memperpanjang masalah ini. Kita lebih baik mengedepankan ukhuwah dan mengerjakan agenda-agenda yang positif bagi kemajuan umat dan bangsa,” ujar Haedar dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (29/1/2019).

Hal senada disampaikan salah satu tokoh muda NU, Hery Haryanto Azumi. Menurutnya, apa yang dikatakan Kiai Said bukanlah ormas selain NU itu salah. Bukan pada nama organisasi.

“Lebih pada substansi kalau NU itu cinta tanah air, menghormati minoritas, dan prakteknya moderat. NU itu sebagai trademark icon saja,” ujar mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) itu.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW) menegaskan jika tidak selayaknya sosok ulama seperti Kiai Said dibully atau diperlakukan kasar di dunia maya, terlebih tidak mengerti konteks pernyataannya secara utuh.

Untuk itu, Hery menyarankan agar yang nyinyir terhadap Kiai Said, mencoba mendalami substansi pidatonya. “Kan jelas maksud beliau agar masjid itu tidak diisi oleh kelompok penyebar kebencian, radikalisme. Dimana letak kesalahannya, jujur saya tidak tega melihat Kiai Said diperlakukan begitu (dibully),” pungkasnya.

Recent Posts

Puan Tegaskan Tak Boleh Ada Toleransi Sedikitpun untuk Kekerasan Seksual di Kampus

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menegaskan tidak boleh ada toleransi bagi praktik…

3 jam yang lalu

Tarif Listrik Melonjak Pasca Kebijakan Potongan, DPR Pertanyakan Transparansi Subsidi

MONITOR, Jakarta - Belakangan ramai keluhan dari masyarakat yang mengaku tagihan listrik bulan ini melonjak…

5 jam yang lalu

Di Forum Parlemen Dunia, Wakil Ketua BKSAP Dorong Optimalisasi Peran Perempuan pada Proses Perdamaian

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antara Parlemen (BKSAP) DPR RI, Irine Yusiana…

7 jam yang lalu

Timnas RI U-17 Lolos ke Piala Dunia, Puan: Garuda Muda Harapan dan Kebanggaan Seluruh Rakyat Indonesia

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan kebanggaannya atas prestasi Timnas Sepak Bola…

7 jam yang lalu

Diapresiasi, Dukungan DPR untuk Isu Krisis Kemanusiaan Myanmar di Forum Global

MONITOR, Jakarta - Inisiasi DPR RI melalui Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) terkait isu krisis…

8 jam yang lalu

Prof Rokhmin Ingatkan Kepala Daerah Jujur dan Akurat Laporkan Stok Pangan ke Presiden RI

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, mengingatkan para kepala daerah,…

8 jam yang lalu