BERITA

Usai “Muntah” Tinggi Gunung Anak Krakatau Menciut

MONITOR, Jakarta – Pasca tsunami yang terjadi minggu lalu, ketinggian Gunung Anak Krakatau menciut. Ketinggian gunung aktif di Selat Sunda yang awalnya 338 meter di atas permukaan laut (mdpl), kini hanya 110 mdpl.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Antonius Ratdomopurbo, mengatakan gunung tersebut awalnya sempat dikira hilang. Namun ternyata, hanya tertutup asap. “Setelah kami foto dan ubah kontrastnya, baru kelihatan,” kata Purbo dalam konferensi pers di Ruang Sarulla, Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Sabtu, 29 Desember 2018.

Sebelumnya, tsunami akibat longsoran erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi pada Jumat, 22 Desember 2018. Bencana ini berdampak pada pesisir barat Banten serta Lampung Selatan. Dalam rilis BNPB per tanggal 25 Desember pukul 13.00, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 429 jiwa. Selain itu, 1.485 orang menjadi korban luka-luka, 154 masih hilang, dan 16.082 jiwa mengungsi.

Selain ketinggian gunung yang menciut, volume Gunung Anak Krakatau juga berkurang drastis. Ada sekitar 150 sampai 180 juta meter kubik bagian gunung yang hilang atau turun ke dasar laut dan saat ini tinggal tersisa 40 sampai 70 meter persegi. Artinya, volume gunung aktif ini telah berkurang hampir 60 sampai 80 persen.

Purbo menjelaskan bahwa penurunan ketinggian dan pengurangan volume ini disebabkan oleh adanya proses rayapan sekaligus longsoran tanah di tubuh Gunung Anak Krakatau. Selain itu, laju erupsi gunung yang cukup tinggi dari tanggal 24 sampai 27 Desember 2018.

Maka dengan pengurangan volume dan ketinggian gunung ini, Purbo menyebut potensi longsoran besar akan semakin kecil. Sehingga, kemungkinan hanya akan terjadi longsoran kecil dan tidak dalam skala besar hingga potensi terjadinya tsunami kecil juga lebih rendah.

Purbo juga menyebut kemungkinan Gunung Anak Krakatau menghilang juga sebenarnya kecil. Sebab, dari pengalaman aktivitas vulkanik sebelumnya, tidak pernah sampai menyebabkan gunung hilang. “Dulu gunungnya lahir tahun 1927 dan mulai aktif, lalu muncul di permukaan kira-kira 1929, kalau turun, nanti pasti akan muncul lagi,” kata Purbo.

Recent Posts

KPID Banten Jatuhkan Sanksi kepada Radio Angkasa FM Terkait Siaran Iklan

MONITOR, Banten - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Banten secara resmi menjatuhkan sanksi administratif berupa…

3 jam yang lalu

Media Asing Sebut IKN Kota Hantu, DPR Dorong OIKN Jawab dengan Kinerja Optimal

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Khozin menyoroti pemberitaan media Inggris The…

5 jam yang lalu

Menteri UMKM Sebut Bisnis Waralaba Bisa Mendorong Usaha Mikro dan Kecil Naik Kelas

MONITOR, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan pentingnya memperluas…

5 jam yang lalu

Siswi MAN 2 Kudus Juara 2 FIKSI Nasional 2025

MONITOR, Jakarta - Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus unjuk preatasi pada Festival Inovasi…

7 jam yang lalu

Puan Hormati Putusan MK, Sebut Sejalan dengan Isu Kesetaraan Gender

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menegaskan DPR menghormati sepenuhnya putusan Mahkamah Konstitusi…

7 jam yang lalu

Ada Bangunan Ponpes Ambruk Lagi, DPR Dorong Pemda Aktif Inspeksi Pesantren

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina, menyampaikan keprihatinan mendalam atas…

9 jam yang lalu